Desa Adat Banda "Ngodakin” empat Sesuhunan. (BP/Istimewa)

GIANYAR, BALIPOST.com – Desa Adat Banda, Blahbatuh, Gianyar, pada Minggu (30/7) menggelar kegiatan adat yakni ritual “Melaspas atau pasupati 4 Sesuhunan” berupa Ratu Gede Barong Ket, Ratu Gede Rangde, Ratu Gede Wek dan Ratu Gede Lingsir berlangsung di Pura Penataran Desa Adat Banda. Ritual melaspas dan pasupati dihadiri Bupati Gianyar, Made Mahayastra, dan secara langsung menyerahkan bantuan uang sebesar Rp500 juta diterima langsung Kelian Pura Penataran didampingi Bendesa Adat Banda di hadapan krama pangempon Pura.

Bendesa Adat Banda, I Wayan Balik, mengatakan empat sesuhunan berupa Ratu Gede Barong Ket, Ratu Gede Rangde, Ratu Gede Wek dan Ratu Gede Lingsir diodakin atau Ngayum karena sudah umur dan banyak yang rusak serta kusam. Sehingga keputusan warga pangempon pura agar Sesuhunan diodakin. “Pengurus pura kemudian mengajukan permohonan dana kepada Bupati Gianyar  dan langsung dibantu Bupati Gianyar, Made Mahayastra, sebesar Rp500 juta,” katanya.

Baca juga:  Akan Mulai Tatanan Era Baru Mulai 9 Juli, "Pamahayu Jagat" Digelar di Besakih

Dalam proses Ngodakin didahului dengan Nyingsirang lanjut proses ngodakin dilakukan oleh empat orang dipimpin Sangging Cokorda dari Puri Batuyang. Kemudian dilanjutkan dengan ritual pasupati dan melaspas dihadiri langsung Bupati Gianyar, Made Mahayastra, pada Minggu (30/7). Dalam kesempatan itu, Bupati Mahayastra menyerahkan bantuan dana Ngodakin sebesar Rp500 juta.

Bupati Gianyar, Made Mahayastra mengatakan, bantuan ini merupakan program dalam menjaga, mengajegkan adat, tradisi, seni dan budaya Bali. Hal ini masuk dalam nomenklatur perawatan dan pemeliharaan benda sakral masyarakat. “Di Gianyar terdapat ratusan benda sakral yang usianya sangat tua yang harus mendapatkan perawatan secara berkala,” katanya.

Baca juga:  Hujan Deras Mengguyur, Pos Jaga dan Senderan di Ceking Ambrol

Bentuknya berupa Ida Ratu Ayu (Rangda) dan Ida Ratu Gede (Barong). Yang tidak saja disakralkan dan disucikan masyarakat, juga sebagai rekam jejak perjalanan beradaban masyarakat di wilayah itu sendiri dari masa ke masa.

Dikatakan, dalam perawatan ini dana yang diperlukan tak sedikit. Sehingga program perawatan benda sakral ini sangat diperlukan. Masyarakat tidak akan mengeluarkan dana atau urunan yang besar. “Pendapatan masyarakat  nanti bisa difokuskan salah satunya dalam pendidikan anak untuk peningkatan SDM masyarakat,” kata Bupati Mahayastra. (kmb/balipost)

Baca juga:  100 KK Duktang Disidak di Pering, hanya Setengah Punya KTP
BAGIKAN