Apresiator seni melihat lukisan karya I Nyoman Wirata yang dipamerkan di Gedung Dharmanegara Alaya, Kamis (10/8) malam. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Seratusan apresiator berkelana pada garis, warna dan aksara, pada lukisan-lukisan yang terpajang apik di Gedung Dharma Negara Alaya Denpasar, Kamis (10/8) malam. Ruang interpretasi terbuka maha luas. Makna yang tersirat, menarik diperbincangkan.

Memang, makna atau pesan yang ‘’terselip’’ dalam tiga puluh karya lukisan I Nyoman Wirata bertajuk “Citra Kata: Sajak-Sajak Umbu Landu Paranggi” itu, harus digali sedalam-dalamnya –seperti halnya mencerna kata-kata dalam puisi-puisi karya mahaguru Umbu Landu Paranggi. Dalam pameran tunggalnya, serangkaian perayaan hari kelahiran mahaguru puisi Umbu Landu Paranggi tersebut, I Nyoman Wirata menghadirkan karya lukisan dari upayanya mentranformasikan sajak-sajak almarhum Umbu Landu Paranggi.

Baca juga:  Belasan Orang Disumpah Menjadi WNI

‘’Saya mendapat tantangan baru dalam merespons puisi Umbu Landu ke dalam lukisan. Dari sejumlah puisi Umbu yang dikirim sastrawan Jengki Sunarta, saya mencoba mentransformasikan menjadi karya rupa,” jelas pelukis I Nyoman Wirata.

Hasilnya, sebanyak 30 lukisan yang digarap sejak setahun, berhasil dipamerkan di gedung Dharma Negara Alaya. Pameran ini terselenggara, berkat kerja gotong-royong semua pihak untuk mengenang sang mahaguru puisi, Umbu Landu.

Baca juga:  Sidak, Puluhan Petugas BNNK Gianyar Jalani Tes Urine

Pameran lukisan I Nyoman Wirata ini dirangkaikan dengan peluncuran buku kumpulan puisi “Melodia” karya Umbu Landu Paranggi yang diterbitkan secara anumerta oleh Jatijagat Kehidupan Puisi. Rektor ISI Denpasar Prof. Dr. I Wayan ‘Kun’ Adnyana yang membuka secara resmi kegiatan ini mengapresiasi pameran karya I Nyoman Wirata dan peluncuran buku kumpulan puisi Umbu Landu Paranggi. Bagi Kun Adnyana, Umbu telah menginstana dalam memori.

Mencandi dalam sanubari. Umbu mengajarkan prinsip, siapa yang hadir, harus jadi dan tidak harus menggantikan yang lain. Tetapi Umbu tak menagih apa yang telah diberikan. ‘’Saya mendapat kematangan dari pergaulan dengan Umbu. Umbu sangat istimewa. Tetapi tidak mau diistimewakan,’’ ujar mantan Kadisbud Bali ini.

Baca juga:  Ini, Alasan Dipilihnya 24 Oktober sebagai Hari Dokter Nasional

Pameran karya lukis serangkaian Festival Umbu Landu Paranggi (FULP) yang digelar oleh Komunitas Jatijagat Kehidupan Puisi, berlangsung hingga 20 Agustus 2023. Pembukaan acara dimeriahkan pembacaan puisi oleh April Artison, Mas Ruscitadewi dan Wini Artini. (Subrata/balipost)

BAGIKAN