Regenerasi khususnya penari joged terus dilakukan oleh Desa Adat Bila yang bersinergi dengan Sanggar Seni Dharma Santhi Desa Bila. (BP/Istimewa)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Sebagai Desa Tua, Desa Adat Bila Kecamatan Kubutambahan mendukung penuh perkembangan Tari Joged Tradisi yang ada di wilayahnya. Regenerasi khususnya penari joged terus dilakukan oleh Desa Adat Bila yang bersinergi dengan Sanggar Seni Dharma Santhi Desa Bila.

Keberadaan joged bumbung memang memiliki pesona eksotis. Tarian pergaulan ini diperkirakan sudah ada sejak tahun 60-an hingga sampai saat ini tarian ini masih dipentaskan di berbagai acara sosial maupun hiburan.

Kelian Desa Adat Bila, I Ketut Darmawan menjelaskan di tengah maraknya penampilan joged bumbung yang kian erotis, sekaa di Desa Adat Bila justru masih mendalami tari ini, dengan pakem tari joged Bali klasik yang masih mengutamakan nilai etika.

Baca juga:  Desa Adat Ubud Gelar Karya Agung Panyegjeg Bhumi

“Kami sudah barang tentu sangat menyayangkan video–video penari joged yang eksotis tersebar di media sosial. Ini yang merusak citra joged bumbung tradisi yang kita miliki. Namun meski begitu kita terus membina bibit–bibit generasi penari di desa,” ucap Darmawan.

Sejauh ini menurut darmawan, dalam hal pembinaan dan pelatih penari joged di Desa Adat. Pihaknya melakukan kolaborasi dengan sanggar Sanggar Seni Dharma Santhi Desa Bila. Sangar ini yang membina anak remaja putri di desa bila hingga menjadi penari Joged Profesional.

Baca juga:  UNBK SMA di Buleleng, Sembilan Siswa Absen

“Sejak tahun 1980, Desa Adat Bila terkenal dengan Tarian Joged Bumbung yang sangat indah. Sempat vakum karena tidak ada peminat, sejak beberapa tahun belakangan ini mulai dibangkitkan. Astungkara kesenian tidak hanya jogged, bahkan tetabuhan juga bangkit kembali,” ucapnya. Berkat kolaborasi yang apik mengantarkan Joged Bumbung Desa Adat Bila tampil ke Pesta Kesenian Bali pada tahun 2023 ini.

Ketua Sanggar Dharma Santhi Desa Bila, Ni Komang Darmaweni mengakui jika perkembangan joged Bumbung di Kabupaten Buleleng begitu pesat. Namun pesatnya perkembangan itu tidak dibarengi dengan regenerasi penari. Terkadang diantara semua yang ada masih meminjam penari joged dari sekaa satu ke sekaa lainnya.

Baca juga:  Diusulkan, Kawasan Industri Celukan Bawang Dikaji Ulang

“Terkadang saat ini sulit sekali mencari penari joged, apa sebabnya? Ya karena banyaknya joged–joged kurang etis yang terbesar. Sehingga bibit-bibit penari baru terkadang malu untuk menari joged,” terang Darmaweni.

Menyiasati hal tersebut, Sanggar Seni Dharma Santhi pun terus memberikan pemahaman kepada calon–calon penari. Bahwa joged yang dibawakan merupakan joged tradisi yang memiliki pakem seni klasik.

“Penari–penari kita saat ini sudah kita diwajibkan, sebelum menjadi penari joged harus mempelajari tari legong, ini supaya agem maupun pakem yang dibawakan lebih kuat dan indah saat dipentaskan,” terangnya. (Nyoman Yudha/balipost)

BAGIKAN