DENPASAR, BALIPOST.com – Kepedulian terhadap Bali digugat. Bali jangan dibiarkan melaju menuju kehancuran. Terbukanya investasi telah memicu konflik kepentingan antara desa adat, investor dan pemerintah.
Kekhawatiran Bali tergerus telah disuarakan Megawati Soekarnoputri, Presiden ke-5 RI ini mengingatkan agar Bali diselamatkan. Stop eksploitasi Bali mestinya menjadi agenda strategis menyelamatkan Bali 100 tahun ke depan.
Pemimpin Bali termasuk para bupati dan wali kota hendaknya punya prinsip, gagasan dan dedikasi untuk menjaga Bali. Jangan loyo dan tanpa prinsip.
Pesan keprihatinan Megawati Soekarnoputri hendaknya menjadikan kita malu. Kepedulian Megawati hendaknya membuat kita tertantang dan bergerak menjaga Bali.
Ketua Umum PDI Perjuangan ini bahkan mendesak Bali segera mendesain tata kelola Bali jangka panjang. Bali jangan dibiarkan menuju kehancuran, pengendalian investasi, penguatan budaya dan pertanian segera diregulasikan dan dijalankan.
Megawati mengingatkan Bali menjaga jati dirinya. Jangan biarkan Bali tergerus oleh kepentingan investasi. Bali haruslah tetap dijaga dan ini haruslah menjadi panggilan nurani semua elemen di Bali.
Pemimpin Bali hendaknya memiliki keberanian untuk mengawal Bali dan tidak terjebak obsesi angka-angka pertumbuhan ekonomi. ‘’Mengembalikan jati diri Bali seutuhnya hendaknya menjadi panggilan jiwa. Bali harus memiliki harkat dan martabat seperti yang sudah terbentuk sejak dulu. Sehingga, bagaimana pembangunan Bali 100 tahun ke depan dirancang dari sekarang,’’ demikian saran Megawati.
Pesan dan harapan Megawati ini patut direnungkan. Megawati yang mengaku memiliki darah Bali sudah menggugat.
Bali hendaknya bergerak secara totalitas menyelamatkan adat, budaya dan tradisinya. Jangan biarkan Bali menuju kehancuran. Jangan sampai Bali
menggungat keberpihakan kita karena terbius nikmatnya target-target ekonomi.
Selain itu, Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ini juga menyoroti tingkah laku wisatawan asing (wisman) yang belakangan ini viral di media sosial. Ia mengaku geram melihat tingkah laku wisman yang tidak patuh pada adat istiadat dan budaya Bali yang ada. Apalagi, 1/4 jiwa Megawati adalah orang Bali. Karena neneknya berasal dari Kabupaten Buleleng, Bali.
Pada bagian lain Megawati mengingatkan krama Bali tetap menjaga tradisi.“Saya bilang sama Koster, kamu itu jangan enak-enakan ya, mentang-mentang kamu jadi orang Bali, mau kamu apakan orang Bali. Bingung toh, kalau sudah digitukan pasti diam. Coba, saya saja melihat viral, ketika Nyepi, itu orang asing seenaknya seendiri, dipikirnya mereka siapa? Saya kan melihat pecalang yang saya anggap polisi adat, sudah bilang (memberi tahu, red) dari halus sampai ikut marah-marah. Saya bilang, sombong sekali orang asing ini, bukan saya anti asing lho, ndak,” ujar Megawati Soekarnoputri, Jumat (5/5) lalu.
Megawati berpesan agar orang Bali tidak menerima perilaku orang asing yang tidak taat pada aturan, adat istiadat, dan budaya Bali begitu saja. Ia saja yang gennya hanya 1/4 orang Bali tidak mau menerima perlakuan orang asing yang
tidak memiliki tata cara dan kehormatan terhadap Bali. “Saya imi alhamdulilah, mungkin rezeki, 2/3 dunia sudah saya jajaki. Sama saja, ternyata kalau ada orang asing datang ke negara mereka, itu mintanya orang asing minta agar tahu tata
krama negara mereka. Bukan kebalikan,” tutur Megawati.
Apabila orang Bali tidak bisa menjaga adat istiadat dan budaya Bali, dikhawatirkan Bali akan menjadi Hawaii. Dimana, pada saat ia berkunjung ke Hawaai pada tahun 1980-an, Hawaii mirip dengan Bali. Namun, kini sudah tidak seperti pada tahun 1980-an. Jangan sampai Bali yang kental dengan seni dan budayanya hilang begitu saja karena tergerus dampak pariwisata. “Saya juga marah sama beliau (Gubernur Koster, red), sudah berhenti itu bikin hotel-hotel. Iyalah, saya hanya mau rakyat Bali itu menjadi sejahtera, makmur, seperti yang saya lihat ketika saya waktu kecil bisa dengar suling,” tegas Megawati.
Megawati menegaskan jangan hanya karena ingin menjadikan Bali sebagai daerah tujuan wisata dunia, adat istiadat dan aturan yang ada di Bali seenaknya dipermainkan oleh orang asing. Bahkan, ia sempat berbicara kepada Presiden
Jokowi agar Bali dijaga betul. “Ketika mau dibuat yang namanya Bandara lagi di Buleleng, saya ngomong sama beliau (Presiden Jokowi, red), ndak, ini warga negara Bali saya bilang. Kalau Bapak mau bikin, saya akan protes nomor satu. Why? Karena itu hanya kehidupannya bagi kalangan menengah ke atas, tidak bagi masyarakat Bali. Eh gak jadi, rupaya lumayan juga ada yang takut sama saya,” tandas Ketua Dewan Pengarah BPIP ini. (kmb/balipost)