Suasana Dialog Merah Putih Bali Era Baru bertema "Sektor Pertanian Memperkuat Ekonomi Kerthi Bali’’, di Warung Bali Coffee Jl. Veteran 63, Denpasar, Senin (22/8). (BP/kmb)

DENPASAR, BALIPOST.com – Sektor pertanian menjadi salah satu pilar yang memperkuat Ekonomi Kerthi Bali. Penguatan sektor pertanian dapat dimulai dengan menempatkannya sebagai lokomotif ekonomi. Maka dari itu, perhatian terhadap pertanian harus dimulai dari hulu hingga hilir. Ini erat kaitannya dengan gagasan Gubernur Koster agar Bali mulai mandiri dalam segala hal bidang pertanian.

Gubernur Koster merancang pembangunan pertanian Bali lebih masif dan profesional. Bali tidak lagi tergantung pada pangan ekspor melainkan
memproduksi sendiri secara bertahap. Makanya berbagai komunitas pertanian mulai dikembangkan yakni padi, bunga gumitir, bawang merah hingga bawang putih.

Ide ini disambut pakar pertanian Bali yang juga Rektor
Dwijendra University, Dr. Ir. Gede Sedana, M.Sc., MMA.,
dalam acara Dialog Merah Putih Bali Era Baru bertema  “Sektor Pertanian Memperkuat Ekonomi Kerthi Bali’’, di Warung Bali Coffee Jl. Veteran 63, Denpasar, Senin (22/8).

Baca juga:  Hadiri Dharma Shanti, Ini Harapan Ketua PHDI

Ia melihat pertanian sebagai sektor prioritas yang diunggulkan Gubernur Bali. Gagasan ini sangat membanggakan karena pertanian di Bali tidak hanya
melihat dari proses produksi tapi juga budayanya.

Sedana menambahkan budaya pertanian di Bali yang membuat sinergi antarstakeholder terkait menguat sehingga menempatkan pertanian tidak hanya memiliki nilai–nilai sosial tapi juga ekonomis.

“Ketika Pak Gubernur menyampaikan visi misinya Nangun Sat Kerthi Loka Bali dan pertanian menjadi pilarnya, itu artinya pertanian sudah mulai diperhatikan. Itu membuat saya bangga sebagai orang yang juga bergelut di bidang pertanian,” ujarnya.

Perhatian Gubernur terhadap sektor pertanian bukan hanya sebatas visi misi namun diimplementasikan
lewat Pergub seperti Pergub 99/2018 tentang Pemasaran dan Pemanfaatan Produk Pertanian, Perikanan, dan Industri Lokal Bali. “Ini menunjukkan adanya concern yang sangat kuat dari Gubernur
terhadap sektor pertanian,” imbuhnya.

Baca juga:  Tumpek Klurut, Benarkah "Valentine Day"-nya Bali?

Dia mengingatkan Pergub ini dalam implementasinya
belum berjalan maksimal sehingga diperlukan upaya yang kuat agar para petani, peternak, pengusaha lokal bisa terangkat secara ekonomi. Mengingat Bali memiliki sektor yang kuat yaitu pariwisata, maka pariwisata bisa menjadi gandengan yang kuat untuk mengangkat pertanian.

Sektor pertanian saat ini bisa menjadi lokomotif ekonomi Bali yang didesain dalam Ekonomi Kerthi Bali. Sektor pertanian diletakkan di hulu dan di muara. Artinya bahwa sejak awal membangun sektor pertanian yang didukung oleh sektor lainnya, mulai dari pengairan,
industri hulu dan hilirnya.

Akademisi Fakultas Pertanian Universitas Udayana
Ni Wayan Sri Sutari, S.P., M.P. mengatakan, bawang putih merupakan salah satu komoditi pangan yang menjadi indikator ketahanan pangan di Bali. Memang produksi bawang putih masih kurang di Bali maka dari itu dilakukan impor.

Baca juga:  Visi “Nangun Sat Kerthi Loka Bali” Relevan dengan Isu Presidensi G20

Dengan adanya upaya Gubernur Bali untuk pencananganan penanaman bawang putih ribuan hektar, menurutnya menjadi langkah maju ke depan
untuk ketahanan pangan Bali, namun untuk memproduksi bawang putih perlu inovasi-inovasi, mulai dari produksi pupuk yang mampu meningkatkan produksi bawang putih.

Maka dari itu saat ini ia tengah melakukan penelitian
terkait dengan pupuk yang akan dikembangkan.
Sementara dari sisi SDM pertanian Bali sendiri, menurut mahasiswa Pertanian Universitas Warmadewa I Gede Kariasa tidak ragu dengan masa depan pertanian dari sisi SDM. Generasi muda akan akrab dengan pertanian jika bergandengan dengan teknologi.

Dengan teknologi, pertanian akan menjadi lebih maju. Di samping itu pula akan mampu menarik kembali minat generasi muda menjalankan pertanian ke depannya. (may/balipost)

BAGIKAN