DENPASAR, BALIPOST.com – Ny. Putri Suastini Koster yang dikenal sebagai seniman multitalenta menghadiri kegiatan ramah tamah serangkaian peringatan HUT ke-42 Sanggar Teater Agustus (STA), di Halaman Belakang Gedung Jayasabha Denpasar, Kamis, (24/8). Kegiatan ramah tamah juga dihadiri penggiat seni yang tergabung dalam Teater Mini dan beberapa sanggar lainnya.
Ny. Putri Koster menyampaikan rasa bahagia karena bisa bertemu Pendiri Sanggar Mini, Ida Bagus Anom Ranuara dan Pendiri Sanggar Kukuyuruk, Made Taro. Ia kemudian teringat awal keterlibatan dalam pementasan sebuah drama yang merupakan kolaborasi Sanggar Kukuyuruk dan Teater Mini. Ceritanya tentang burung yang menerbangkan kura-kura. “Hingga sekarang masih terngiang dan ingat dengan lagunya. Itu adalah momen pertama saya mencoba seni peran. Seingat saya saat itu tahun 1978 dan saat itu saya baru menjadi siswi SMP. Sebelumnya, sejak usia 4 tahun hanya fokus belajar tari. Terima kasih, banyak pelajaran yang saya timba dari beliau berdua (Ida Bagus Anom Ranuara dan Made Taro,red),” ujar Ny. Putri Koster.
Istri Gubernur Bali, Wayan Koster ini beruntung karena bertemu sosok Anom Ranuara lalu diajak bermain teater. Kemampuannya dalam menari Bali menjadi modal untuk mulai menekuni teater.
Selanjutnya, wanita yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Bali ini menyampaikan selamat ulang tahun kepada STA yang telah menginjak usia ke-42. Ia mengapresiasi dan bangga dengan langkah jajaran perintis teater yang sudah mulai memikirkan regenerasi. “Yang perlu diingat, selain menghasilkan karya seni, sebuah sanggar atau teater juga harus melakukan proses regenerasi,” tandasnya.
Sebab menurut pengamatannya, banyak penggiat seni modern yang terlalu asyik dalam berkarya hingga lupa melakukan proses regenerasi. Setelah uzur, baru sadar bahwa tak memiliki penerus. Ia menilai, STA membaca dinamika ini sehingga terus berupaya melakukan regenerasi dengan merekrut seniman-seniman muda. Yang menarik, regenerasi di sanggar ini dilakukan di lingkup keluarga. “Sangat positif, bisa mengajak anak-anak untuk menggeluti bidang seni. Ini merupakan wadah yang tepat untuk menempa karakter anak,” cetusnya.
Berdasarkan pengalaman pribadi, ia menyampaikan bahwa menekuni dunia seni, khususnya teater mendatangkan sangat banyak manfaat. Melalui seni teater, kepribadian dan emosional seseorang terasah sejak dini. Bagi Putri Koster, pengalaman dalam seni peran menjadi bekal berharga ketika ia harus mendampingi Gubernur Bali, Wayan Koster. “Keberanian untuk berdiri dan berbicara di depan, itu adalah manfaat seni teater yang sangat saya rasakan saat ini,” ucapnya.
Pada kesempatan ini, Ny. Putri Koster minta Anom Ranuara sebagai sesepuh seni teater, bisa menuangkan buah pemikiran dalam sebuah buku. “Saya ingin ada buku tentang teori berteater agar bisa menjadi acuan generasi muda yang tertarik dengan bidang ini,” harapnya.
Pada bagian lain, Putri Koster juga menyinggung keberpihakan Pemprov Bali di bawah kepemimpinan Gubernur Wayan Koster pada upaya pengembangan seni modern melalui pelaksanaan Festival Seni Bali Jani. Selain itu, keberadaan Pusat Kebudayaan Bali yang saat ini tengah digarap juga akan memberi ruang bagi penggiat seni modern. “Kita beri perlakuan yang sama pada keberadaan seni tradisi dan seni modern,” pungkasnya.
Sementara itu, Ida Bagus Martinaya selaku pembina dan pendiri STA bercerita tentang awal mula berdirinya wadah seni yang tetap bertahan hingga usia 42 tahun ini. Terbentuknya STA bermula dari tawaran untuk melakukan sebuah pementasan di Banjar Dangin Peken Sanur. Ia bersama KS Wendra dan Ketut Ariawan menyanggupinya dan mengumpulkan talenta muda hingga bisa mementaskan seni teater yang berjudul “Api Proklamasi”. Sejak itulah, sanggar ini terus berkegiatan hingga merambah dunia televisi.
Pria yang akrab disapa Gus Martin ini menyampaikan terima kasih atas besarnya perhatian yang diberikan Ny. Putri Koster hingga perayaan HUT ke-42 Sanggar Teater bisa digelar di Jayasabha.
Peringatan HUT ke-42 STA ditandai dengan pemotongan tumpeng oleh Ketua Sanggar IB. Putra Celuk. Potongan tumpeng diberikan kepada Putri Koster, Gus Martin, KS Wendra dan Ketut Ariawan. Perayaan makin semarak dengan penampilan Ny. Putri Koster yang membawakan Puisi “Sumpah Kumbakarna”. Berikutnya ada monolog pendek oleh I Gede Gunada, pembacaan sebuah puisi karya Putri Koster oleh Ida Ayu Gita Phalasukma dan gerak olah tari oleh Ida Bagus Bayu yang berupakan anggota termuda di STA. (Kmb/Balipost)