Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) saat menyampaikan keterangan kepada wartawan di Media Center JCC, Senayan, Jakarta, terkait persiapan venue KTT ASEAN 2023, Jumat (1/9/2023). (BP/Ant)

JAKARTA, BALIPOST.com – Pentingnya penguatan kerja sama ekonomi, menjadi sorotan KTT ke-43 Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN). Hal ini bisa dilihat dari penyelenggaraan dua acara pendukung, yaitu ASEAN Business and Investment Summit (ABIS) serta ASEAN Indo-Pacific Forum (AIPF).

“Jadi memang kita ingin Asia Tenggara ini tetap menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dunia,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat mendampingi Presiden Joko Widodo mengecek kesiapan lokasi penyelenggaraan KTT ASEAN di Jakarta Convention Center, Senayan, dikutip dari Kantor Berita Antara, Jumat (1/9).

ABIS diselenggarakan pada 1-6 September 2023 oleh Dewan Penasihat Bisnis ASEAN, yang oleh Indonesia selaku ketua tahun ini dimotori oleh Kamar Dagang dan Industri (Kadin).

Baca juga:  Peningkatan Fasilitasi Perdagangan dan Investasi ASEAN Perkuat Daya Asing Kawasan

Sementara AIPF untuk pertama kalinya diadakan guna menerjemahkan Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik (AOIP) yang berfokus pada kerja sama antarnegara untuk mewujudkan kawasan Indo-Pasifik yang damai, aman, stabil, dan makmur.

“Kita sudah punya konsep outlook-nya sejak 2019, sekarang kita ingin terjemahkan ke dalam kerja sama yang konkret,” tutur Retno.

Melalui AIPF yang diselenggarakan pada 5-6 September 2023, Indonesia ingin memajukan kerja sama dalam pembangunan proyek-proyek konkret terutama di tiga sektor, yaitu infrastruktur hijau dan ketahanan rantai pasok, digitalisasi dan industri kreatif, serta pembiayaan.

Baca juga:  Penanganan Perubahan Iklim Tak Bisa Gunakan Pendekatan Ekonomi

Berdasarkan kurasi yang dilakukan bersama anggota ASEAN lainnya, Indonesia mencatat nilai proyek deliverables sekitar 120 miliar dolar AS (sekitar Rp1.829,9 triliun) yang bisa dipromosikan melalui AIPF.

Selain sekitar 93 proyek yang dapat dikategorikan sebagai proyek yang matang dengan total nilai saat ini 38 miliar dolar AS (sekitar Rp579,4 triliun), Indonesia juga mengidentifikasi sejumlah potensi proyek lainnya.

“Nanti hasilnya akan sangat bagus dalam artian proyek konkretnya akan seperti apa, tetapi saya belum bisa sampaikan sekarang karena situasinya masih terus berkembang,” kata Menlu Retno.

Baca juga:  Berkomentar Negatif Soal KRI Nanggala-402, Anggota Polda DIY Diproses Hukum

Selain ekonomi, kata Retno, Indonesia akan meletakkan sebuah pondasi yang kuat bagi langkah ASEAN ke depan, termasuk cara ASEAN bisa merespons berbagai tantangan.

“Pondasi itu dirancang oleh Indonesia untuk merespons kepentingan rakyat ASEAN. Ini sudah pernah kita lakukan di KTT ke-42 lalu di Labuan Bajo,” ujar Retno.

Dia menyebut beberapa kerja sama konkret yang berhasil disepakati ASEAN dalam KTT di Labuan Bajo, yaitu perlindungan bagi pekerja migran, perlindungan bagi anak buah kapal, pembangunan jaringan desa ASEAN, pemberantasan kejahatan lintas batas terutama yang terkait kasus penipuan daring (online scams). (Kmb/Balipost)

 

BAGIKAN