JAKARTA, BALIPOST.com – Mendorong aksi bersama antarbangsa, terutama antara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), untuk mengatasi tantangan global yang semakin kompleks menjadi salah satu sikap dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi). Tantangan itu berupa perang dan konflik, krisis pangan, krisis energi, krisis keuangan dan bencana alam.
Presiden yang memimpin Pertemuan Puncak (KTT) Ke-13 ASEAN-PBB di Balai Sidang Jakarta, dikutip dari Kantor Berita Antara, Kamis (7/9), mengatakan preambul Piagam ASEAN dan PBB sama-sama dimulai dengan “We, the peoples”, yang berarti bahwa rakyat harus terus menjadi prioritas. Di tengah tantangan dunia yang semakin kompleks, Presiden menilai perlu ada aksi bersama antar-bangsa yang terkoordinasi untuk mengatasinya, baik di tingkat global yang dijalankan oleh PBB, maupun di tingkat kawasan Indo-Pasifik yang dijalankan oleh ASEAN.
Namun, Jokowi mengatakan bahwa efektivitas kerja ASEAN dan PBB sejujurnya sering terkendala oleh dinamika geopolitik yang pada akhirnya melunturkan semangat kerja sama, memudarkan semangat multilateralisme, dan digantikan dengan sistem yang diperintah oleh pihak yang kuat.
Dalam hal itu, Presiden mengatakan bahwa ASEAN dan PBB semestinya memiliki pilihan yang jelas untuk terus konsisten menyuarakan penghormatan terhadap hukum internasional sebagai landasan interaksi antar-bangsa dan paradigma kolaborasi yang inklusif.
Jokowi mendorong aksi bersama untuk mengusung agenda pembangunan yang lebih adil bagi negara berkembang, termasuk hak untuk maju dan untuk sejahtera.
Sementara itu, reformasi tata kelola global juga perlu terus digelorakan agar tetap sesuai dengan tujuan dan tepat pada waktunya. “Mari perkuat kerja sama antara ASEAN dan PBB demi kebaikan rakyat di dunia,” kata Presiden Jokowi. (Kmb/Balipost)