Jro Mangku Anglurah Bendesa I Putu Artayasa (BP/Istimewa)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Penataan Kawasan Suci Pura Agung Besakih yang dilakukan di masa kepemimpinan Wayan Koster dan Cok Ace sangat luar biasa. Setelah fisik, penataan diharapkan berlanjut dengan mewujudkan kesejahteraan masyarakat lokal yang mengais rejeki dari keberadaan pura terbesar di Bali tersebut.

Pamucuk Pemangku Pura Agung Besakih, Jro Mangku Anglurah Bendesa I Putu Artayasa, Kamis (7/9) kemarin sangat mengapresiasi penataan Kawasan Pura Agung Besakih. “Apa yang dilakukan ini patut diapresiasi,” ucapnya.

Baca juga:  Puncak Karya IBTK di Pura Besakih Dipimpin 13 Sulinggih

Putu Artayasa menambahkan, kalau penataan Besakih secara utuh seyogyanya berimbang fisik dan mental. Artinya, selain pembangunan fasilitas yang megah, juga harus ada pembangunan secara sumberdaya terkait membangun kesadaran bersama dan tentunya untuk menjaga memelihara dan melestarikan fasilitas yang di bangun untuk mewujudkan Besakih yang lebih baik lagi.

“Terkait dengan penataan ke depan yang perlu dievaluasi terkait keberadaan masyarakat lokal yang awalnya tergusur dan diberikan tempat, sudahkah ada cerminan pemerataan kesejahteraan karena mustahil kita bicara penataan yang baik kalau kesejahteraan masyarakat yang terkena imbas penataan terabaikan,” katanya.

Baca juga:  Kebakaran Landa Panti Asuhan Salam, Empat Kamar Hangus

Menurut Artayasa, kesejahteraan masyarakat lokal pascapenataan dapat dilakukan dengan mamastikan, penataan memberi manfaat secara ekonomi. Salah satunya dengan memastikan tempat berjualan yang telah disediakan memang memberi potensi barang dagangan laku terjual.

Permasalahan mungkin terjadi, kalau tempat jualan atau warung yang mereka dapat tidak dilewati wisatawan atau pemedek, karena tempatnya yang tidak pas. Kondisi itu, menurut Putu Artayasa tentu akan menjadi potensi terjadi pelanggaran dengan berjualan acung atau menerobos lokasi yang lebih memungkinkan mereka dapat berjualan.

Baca juga:  April, Harga Tiket Kunjungan ke Pura Agung Besakih akan Naik

“Kita tidak bisa pungkiri Pura Besakih dengan daya tarik wisata dan pusat spiritualnya menjadi penghidupan masyarakat lokal Besakih. Maka dari itu, tentunya ini tugas kita bersama untuk sama-sama menjaga kesucian dan memperoleh berkah penghidupan tanpa mengabaikan aturan yang meski di taati,” jelas Artayasa. (Eka Parananda/balipost)

BAGIKAN