Anggota DPRD Bangli I Nyoman Basma. (BP/Nan)

BANGLI, BALIPOST.com – SMPN 6 Kintamani belum terlayani PDAM. Kondisi itu memaksa sekolah yang berlokasi di Desa Bayung Gede, Kintamani tersebut harus mengeluarkan biaya jutaan rupiah tiap bulannya untuk membeli air tangki.

SMPN 6 Kintamani selama ini harus mengeluarkan biaya Rp 2,7 juta untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Kepala SMPN 6 Kintamani Wayan Mustapayasa mengungkapkan pihaknya selama ini harus beli air tangki karena sekolahnya belum terlayani PDAM.

Air tangki rutin dibeli pihak sekolah tiap hari atau dua hari sekali. Satu tangki air isian 5.000 liter dibeli dengan harga Rp 225 ribu. “Satu tangki itu cukup untuk 1-2 hari. Karena kan siswa kami ada 840 orang, ditambah tenaga pendidik, jadi hampir 900 orang yang tiap harinya ada di sekolah,” ungkapnya Selasa (19/9).

Baca juga:  Ketua DWP Badung Terima Kunja DWP Kabupaten Tulungagung

Untuk pembelian air sekolah memanfaatkan dana BOS. “Dalam setahun kami anggarkan sekitar Rp 30-36 juta untuk biaya air,” jelasnya.

Untuk menekan biaya air, Mustapayasa ingin berlangganan PDAM. Ia pun mengaku telah mengusulkan ke Disdikpora supaya menyampaikan ke PDAM agar segera membangun jaringan di wilayah Desa Bayung Gede. “Karena selama ini di Bayung Gede belum ada pipa induk PDAM,” katanya.

Terkait hal itu, anggota DPRD Bangli I Nyoman Basma mendorong PDAM Bangli memperluas jaringan ke wilayah tersebut. Basma prihatin dengan kesulitan air bersih yang masih dialami masyarakat di Kintamani. Termasuk SMPN 6 Kintamani.

Baca juga:  Tiga Lumba-lumba Hidung Botol Dilepasliarkan di Perairan TNBB

Sekolah tersebut selama ini harus mengeluarkan dana bantuan operasional sekolah (BOS ) hingga jutaan rupiah per bulan untuk beli air tangki. Supaya biaya yang dikeluarkan sekolah tersebut bisa lebih hemat, pihaknya pun mendorong PDAM Bangli memperluas jaringan air bersih ke wilayah sekolah itu.

Menurutnya untuk bisa mengalirkan air ke wilayah tersebut tidak terlalu berat. Sebab desa yang ada di wilayah atas Bayung Gede sudah ada yang terlayani PDAM. Sehingga untuk mengalirkan air ke desa tersebut bisa dilakukan dengan sistem gravitasi. “Kita mendorong PDAM supaya mengusahakan untuk membuka jaringan di sana. Kintamani kan penghasil air. Jangan sampai ibarat pepatah ayam bertelur di atas padi, mati kelaparan,” kata Basma, Rabu (20/9). (Dayu Swasrina/balipost)

Baca juga:  Sidang Dugaan Korupsi PDAM, Saksi Sebut Ada Membayar Meteran Tanpa Air Mengalir
BAGIKAN