DENPASAR, BALIPOST.com – Berdasarkan riset di 2017, masyarakat Bali menempati posisi keempat secara nasional yang masyarakatnya banyak mengalami depresi. Padahal Bali merupakan destinasi wisatawan mancanegara.
Menurut Ketut Gede Suatmayasa atau lebih akrab disapa Guru Mangku Hipno di zaman modern seperti sekarang, orang-orang cenderung bersifat materialistis. “Sebenarnya manusia materialistis itu fenomena yang biasa, karena mengikuti perkembangan zaman. Kalau kita jadi manusia tidak materialistis berarti kita tidak hidup di dunia,” jelasnya.
Mangku Hipno mengatakan penyebab adanya guncangan di masyarakat secara teoritis ada empat. Pertama adalah fisik. Jika fisik seseorang tidak mampu meningkatkan kualitas kesehatannya maka pikiran, hati, dan kenyamanan menimbulkan hal negatif.
Yang kedua, secara teologis yang mana banyak orang cacat yang penanganan nya tidak dilakukan semestinya. Ketiga adalah faktor sosial di mana seseorang yang bergaul merasa tidak mampu mengikuti pergaulan yang seperti sekarang. Keempat, psikis. Secara psikis masyarakat sekarang mengalami ketertekanan.
“Bisa dibayangkan kalau hal itu tidak tertangani dengan baik, itu akan memunculkan gejolak.hal ini akan mendapatkan vibrasi yang negatif,” ucapnya.
Hal ini, tentunya akan rentan terjadinya pergesekan disebabkan munculnya tekanan. Ada 3 hal yang dimunculkan, ambisi yang tidak kesampaian, nafsu yang berlebihan tetapi tidak tersampaikan, dan emosi yang labil.
“Mari ciptakan diri kita indah, indah itu adalah tampilan kita indah akan memberikan hiburan ke semuanya. Karena begitu kita indah tampilannya, energi kita menjadi positif. Orang yang melihat pun mengirimkan energi positif,” tuturnya. (Wulan/balipost)