BANGLI, BALIPOST.com – Petani bawang di Kintamani akhir-akhir ini terus mengeluhkan anjloknya harga jual bawang. Bawang merah yang biasanya laku dijual petani Rp 15-20 ribu per kilogram, sejak beberapa bulanan terakhir harga hanya Rp 6 ribu per kilogram.
Untuk mengatasi masalah tersebut, dewan mendorong Pemkab Bangli turun tangan membantu petani. Petani bawang di Banjar Hulundanu, Desa Songan, Kintamani I Komang Raka mengungkapkan tak hanya murah, bawang merah hasil panen petani juga tak laku dijual.
Dirinya sendiri punya 5-6 ton bawang merah hasil panen 25 hari lalu yang sampai saat ini belum laku dan masih disimpannya. “Hari ini juga saya panen sekitar dua ton. Sudah tidak punya tempat lagi untuk nyimpan bawangnya karena hasil panen sebelumnya belum laku,” ungkapnya, Senin (25/9).
Karena disimpan, tentunya bawang merah hasil panennya lama-kelamaan akan mengalami penyusutan berat dan terancam busuk. Jika sudah busuk tentunya tak bisa dijual. “Bawang saya sekarang kira-kira masih bisa tahan lagi 30 hari,” ujarnya.
Raka mengaku tidak tahu pasti penyebab anjloknya harga bawang merah saat ini. Menurut informasi yang diterimanya penyebab murahnya harga bawang karena banyak bawang hasil panen dari daerah luar yang masuk ke Bali.
Anjloknya harga bawang membuat petani harus menanggung kerugian yang tidak sedikit. Sebab biaya yang sudah dikeluarkan untuk perawatan tanaman bawang cukup besar. Karena modal habis, Raka pun mengaku bingung akan menanam apa pada lahannya yang kosong saat ini. Sebagai petani Raka berharap adanya perhatian dari pemerintah dan solusi atas anjloknya harga bawang saat ini.
Terkait dengan anjloknya harga bawang, Anggota DPRD Bangli Jero Gede Tindih mendorong Pemkab Bangli turun tangan membantu petani. Salah satunya dengan membeli bawang petani atau melaksanakan pasar murah yang menjual bawang merah hasil panen petani di Kintamani.
Ke depan pemkab Bangli juga diharapkan dapat menyediakan informasi bagi petani terkait harga komoditas pertanian di pasaran secara berkala. Hal itu sangat bermanfaat agar para petani bisa mengetahui harga komoditas pertanian di pasaran secara update sehingga tidak salah memberikan harga jual.
“Ke depan pemerintah juga harus menyediakan anggaran untuk melakukan edukasi terhadap petani tentang bagaimana tata cara budidaya bawang yang benar. SDM petani harus terus ditingkatkan,” kata wakil rakyat asal Songan itu.
Pemkab Bangli lewat dinas pertanian juga diminta terus melakukan monitoring terhadap sarana produksi baik pupuk maupun obat-obatan yang masuk ke petani, baik kualitas maupun harga. Selain itu dinas diharapkan dapat mengarahkan petani melakukan pola pertanian organik. (Dayu Swasrina/balipost)