Luhut B. Pandjaitan. (BP/Antara)

JAKARTA, BALIPOST.com – Proyek kereta ringan atau light rail transit (LRT) di Pulau Bali, yang melintasi Bandara I Gusti Ngurah Rai dapat dilakukan peletakan batu pertama (groundbreaking) pembangunannya pada awal 2024. Untuk rutenya, LRT ini akan diawali dari Bandara Ngurah Rai ke Seminyak, atau kemungkinan hingga ke Canggu. Demikian disampaikan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, Rabu (27/9).

Luhut mengatakan groundbreaking diharapkan awal tahun depan. “Kita bisa groundbreaking karena itu studinya sudah lama dilakukan, tapi karena terbentur COVID-19, tadi kita hidupkan lagi,” kata Luhut setelah rapat terbatas Integrasi Transportasi Publik di Istana Merdeka, dikutip dari Kantor Berita Antara.

Baca juga:  Belasan Kasus Baru COVID-19 Seluruhnya Transmisi Lokal, Daerah Ini Masih Mendominasi

Luhut mengatakan jika LRT di Bandara Ngurah Rai Bali tidak dibangun, maka akan terjadi penumpukan (stuck) penumpang mengingat pada 2026, bandara tersebut akan melayani sekitar 24 juta penumpang per tahun. Presiden Jokowi, kata Luhut, dalam rapat pada Rabu ini sudah memerintahkan jajaran menteri agar melakukan studi lanjutan untuk LRT di Pulau Bali, dari Bandara Ngurah Rai ke Seminyak, atau kemungkinan hingga ke Canggu.

Baca juga:  Empat Hari Pascaditemukan di Dekat Kuburan Keramat Candikuning, Pelajar Meninggal

“Dari lapangan terbang sampai ke Seminyak dan kalau perlu nanti terus sampai ke Canggu itu 20 kilometer, dan nanti kita sedang pertimbangkan memasukkan harga tiket 1 dolar AS, 2 dolar AS, setiap penumpang pakai tidak pakai, sehingga dengan pembiayaan publik juga akan bisa jalan,” kata Luhut.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam rapat tersebut meminta kereta LRT, kereta MRT, dan moda transportasi publik lainnya terintegrasi, sehingga memudahkan masyarakat untuk menggunakan transportasi publik.

Baca juga:  Gubernur BI Ingatkan Bali, Wujudkan Pariwisata Berkualitas dengan Ketahanan Pangan

Presiden juga meminta percepatan pembangunan infrastruktur penghubung transportasi publik dengan sarana dan prasaran yang memadai.

“Jembatan penghubung misalnya antara LRT Halim dengan Stasiun Kereta Cepat, kemudian juga penghubung Stasiun Kereta Api Manggarai dengan Transjakarta, penghubung Stasiun Tanah Abang dan Dukuh Atas, dan kita harus memastikan semuanya memiliki penerangan, memiliki lampu jalan, dan bisa melindungi dari hujan,” ujarnya. (kmb/balipost)

BAGIKAN