SURABAYA, BALIPOST.com – Ekspor perhiasan Indonesia menduduki peringkat 17 dunia, naik dibanding tahun sebelumnya yang berada di urutan 18. Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka Kementerian Perindustrian RI, Reni Yunita menyebutkan hal itu.
“Selama ini ekspor kita untuk perhiasan nomor 17 dunia dan ini menunjukkan ekspor kita meningkat. Di bulan Januari hingga Juli saja nilainya 3,1 miliar dolar AS,” kata Reni saat membuka pameran perhiasan “Surabaya International Jewellery Fair 2023” di Surabaya, dikutip dari kantor berita Antara, Kamis (28/9).
Menurut Reni, salah satu faktor yang membuat industri perhiasan di Indonesia meningkat adalah pameran yang sudah digelar 26 kali tersebut. “Pameran tujuannya untuk memperkenalkan industri perhiasan dan permata kita di samping meningkatkan belanja dari lokal. Karena kita juga punya potensi dalam negeri. Tapi pameran ini juga tak terbatas lokal, yang luar negeri juga terbuka,” katanya.
Potensi industri perhiasan di Indonesia, lanjut Reni, memang sangat besar. Namun Indonesia perlu meningkatkan pengolahan terhadap batu-batuan yang berpotensi menjadi perhiasan. Terutama batu alam yang punya khasiat dan warna.
“Karena kita bisa lihat, ekspor kita saja 3,1 miliar dolar AS, itu yang menjadi devisa. Itu yang tercatat dari kegiatannya saja, belum kalau dia menciptakan lapangan pekerjaan. Jadi penyerapan tenaga kerjanya ada,” katanya.
Selain itu, Indonesia masih mempunyai tambang. Jika batu-batuan tersebut tidak diekspor dalam bentuk komoditi tapi sudah dalam bentuk perhiasan, itu yang tidak ternilai.
“Jadi kalau itu tidak dikembangkan, maka kita akan hanya menjadi negara tujuan pasar karena konsumen kita banyak, sementara potensi diekspor dalam bentuk bahan baku. Itu yang tidak ternilai,” ujarnya.
Reni memaparkan naiknya peringkat ekspor Indonesia menjadi ke 17 tidaklah mudah, sebab harus bersaing dengan negara-negara seperti India, China dan Amerika Serikat. Kemenperin menargetkan Indonesia dapat menduduki peringkat 10 besar dunia.
“Maka dari itu kami berharap melalui pameran ini geliat industri perhiasan semakin meningkat, konsumen semakin cinta dan meredam untuk beli produk impor,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Emas dan Permata Indonesia (APEPI) Jeffry Thumewa berharap dukungan dari pemerintah terhadap pameran tersebut meningkat supaya setiap tahun Indonesia punya produksi perhiasan dengan kualitas ekspor. “Dalam pameran ini ada 20 IKM (Industri Kecil dan Menengah) dari Kemenperin yang ikut. Dari Jatim sendiri ada enam. Semua IKM tersebut masuk setelah dikurasi dengan ketat,” ujarnya. (Kmb/Balipost)