Ilustrasi. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Generasi muda dengan rentang usia 16-30 tahun kerap menghadapi kesulitan dalam mengelola keuangan. Mereka bahkan kesulitan mengalokasikan dana tabungan, mulai dari memisahkan rekening harian hingga alokasi dana untuk menabung karena gaya hidupnya yang bebas dan dinamis.

Survei yang dilakukan Katadata Insight Center (KIC) pada September 2021 terhadap 5.204 responden dari seluruh Indonesia mencatat 58,1% responden generasi Milenial (usia 23-38 tahun) dan 64,9% responden generasi Z (usia 15-22 tahun) jarang bahkan tidak pernah memisahkan rekening tabungan dengan rekening harian mereka. Di samping itu, 36,8% responden generasi Milenial dan 58,2% responden generasi Z jarang bahkan tidak pernah mengalokasikan tabungan ke pos-pos kecil sesuai kebutuhan.

Terkait kondisi generasi muda yang sulit mengatur keuangan, Direktur Utama Allo Bank, Indra Utoyo mengutarakan kondisi yang dihadapi generasi muda ini memerlukan tabungan revolusioner yang memberikan pengalaman fleksibilitas finansial. Dalam artian, pos tabungan dengan bunga majemuk yang dapat digunakan untuk memisahkan tabungan sesuai kebutuhan, termasuk untuk tabungan dana darurat, dan dapat ditarik kapan saja.

Baca juga:  Benarkah Introvert Lebih Hemat Dibanding Ekstrovert?

Produk semacam itu, disebutnya mengikuti gaya hidup generasi muda yang bebas dan dinamis. Untuk itu, pembukaan rekening yang cepat dan mudah melalui digital, dibebaskan dari segala biaya administrasi bulanan, penarikan tabungan kapan saja tanpa dikenakan biaya penalti, hingga memberikan kesempatan memperoleh suku bunga mencapai 6,5% p.a sesuai dengan jangka waktu penyimpanan, menjadi daya tarik bagi generasi muda menabung.

“Hal ini memberikan keleluasaan kontrol finansial bagi generasi muda sesuai dengan gaya hidup yang modern namun tetap fokus terhadap kebebasan finansial,” ungkapnya.

Baca juga:  Sektor Keuangan Indonesia Masih Rentan Risiko Global

Ia mengatakan saat ini sebagai bank digital, Allo Bank telah memiliki 6,9 juta nasabah. Bahkan, aplikasi perbankan digitalnya menjadi yang tertinggi tingkat pertumbuhannya hingga Juni 2023. Pertumbuhan dana pihak ketiga juga mencapai 2 digit, yaitu 19,94 persen year on year.

Menurut Kepala OJK Regional 8 Bali Nusra Kristrianti Puji Rahayu, prinsip-prinsip hedonisme seperti FOMO (Fear of missing out), YOLO (You Only Live Once), kemudian diperparah dengan FOPO (Fear of People Opinion) menyebabkan generasi muda semakin sulit untuk belajar menyimpan uangnya. Selain hal-hal tersebut, sifat konsumtif generasi muda juga dipermudah dengan layanan pinjaman online dan fasilitas paylater.

Ia mengatakan sebagai generasi muda, meskipun mungkin sebagian besar belum memiliki penghasilan, namun mengelola keuangan dapat dimulai saat diberikan uang saku oleh orang tua. Salah satu tipsnya adalah berusaha menyisihkan uang saku di awal untuk ditabung, dan sisanya dapat dipergunakan untuk kebutuhan yang lain.

Baca juga:  Kembangkan Sektor Pertanian, Petani Diberi Kemudahan Akses Perbankan

Saat ini di bank sudah ada produk khusus untuk generasi muda yaitu simpanan untuk pelajar (Simpel) dan Simuda untuk mahasiswa dengan setoran yang ringan. Untuk level yang lebih tinggi, generasi muda juga dapat belajar berinvestasi dengan mudah dan murah melalui produk investasi seperti tabungan emas, reksadana, obligasi, maupun saham.

Khusus di Bali, jumlah tabungan simpel mencapai 142.418 rekening dari 10 ribu sekolah dengan saldo lebih dari Rp34 miliar. Sedangkan di sektor pasar modal, saat ini jumlah investor saham dari generasi z (kelahiran tahun 1997-2012) mendominasi jumlah investor di Indonesia dengan nilai aset mencapai lebih dari Rp50 triliun. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN