DENPASAR, BALIPOST.com – Persoalan klasik yang dialami warga pendamping TPA Suwung, di antaranya krama Banjar Pesanggaran, serta Banjar Suwung Batan Kendal hingga kini belum terpecahkan. Dalam catatan sejarah panjang TPA Suwung sejak 1985, warga sudah banyak berkorban akibat dampak dari keberadaan TPA tersebut.
Mulai dari polusi udara, bau tak sedap, hingga asap kebakaran yang terjadi setiap musim kemarau. Karena itu, menjadi kewajaran bagi warga Banjar Pesanggaran untuk meminta komitmen pemerintah agar bisa mencari solusi permanen mengatasi persoalan sampah yang menumpuk di TPA.
Klian Banjar Adat Pesanggaran, Wayan Widiada, SH.,MH., yang dihubungi, Jumat (13/10) mengatakan, dampak warga yang dekat TPA ini belum ada solusi. Karena warga sejak lama sudah terpapar polusi, bau tak sedap, hingga asap yang mengganggu akibat dari keberadaan TPA ini.
Karena itu, pihaknya meminta kepada pemerintah untuk segera melakukan pengolahan sampah, sehingga tidak menumpuk lagi.
“Salah satu solusi yang kami harapkan, yakni sampah harus diolah. Ketika sampah sudah diolah, otomatis tidak lagi ditumpuk di TPA,” katanya.
Terkait wacana penutupan TPA oleh pemerintah pusat, Widiada mengaku bukan itu persoalannya. Kalau TPA ditutup, namun belum ada solusi, akan muncul masalah baru. “Karena itulah saya berharap harus ada pengolahannya dulu, ketika ini sudah jalan, otomatis TPA bisa ditutup,” katanya. (Asmara Putera/balipost)