I Nyoman Sucipta. (BP/Istimewa)

Oleh I Nyoman Sucipta

Ada era teknologi yang akan mulai meloncat pada society 5.0 atau masyarakat 5.0 atau masyarakat super
pintar adalah konsep masyarakat masa depan atau futuristik yang diusulkan oleh Jepang. Masyarakat 5.0 merupakan masyarakat yang berpusat pada manusia yang menyeimbangkan kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial melalui sistem yang sangat mengintegrasikan dunia maya dan ruang fisik.

Masyarakat 5.0 adalah penggabungan antara manusia dengan teknologi seperti kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) (AI) dan Internet of Things (IoT) guna menyelesaikan masalah sosial yang terintegrasi pada ruang dunia maya dan nyata. Selama bertahun-tahun, kecerdasan buatan telah melalui banyak siklus tipe, namun bahkan bagi mereka yang skeptis, peluncuran Chat GPT Open AI tampaknya menandai titik balik.

Terakhir kali AI generatif muncul sebesar ini, terobosannya terjadi pada visi komputer, namun kini
lompatan maju terjadi pada pemrosesan bahasa alami. AI sendiri dapat diprogram menyesuaikan sesuai dengan kebutuhan pelaku pertanian

Dapat di realisasikan dengan lingkungan yang diatur, penggunan sensor yang akan dipakai juga dapat diatur seberapa banyak sesuai kebutuhan pelaku pertanian di perkotaan itu sendiri. Realisasi teknologi AI akan berupa software yang nantinya dihubungkan sebagai otak yang menjalankan perintah sesuai dengan indikasi dari sensor-sensor yang telah dihubungkan pada AI.

Baca juga:  Jika Ingin Bertahan, Petani Kopi Harus Ikuti Kemajuan Teknologi

Konsep pertanian perkotaan futuristik adalah suatu konsep dengan teknologi kecerdasan buatan dan Internet of Things pada sistem pertanian yang mendasarkan dirinya pada pemanfaatan sumber daya manusia, sumber daya alam secara lestari dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan dan sebesar-besarnya mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Pertanian perkotaan futuristik adalah sebagai salah satu sumber pasokan sistem pangan dan opsi ketahanan pangan rumah tangga perkotaan, sebagai kegiatan produktif untuk memanfaatkan ruang terbuka dan limbah perkotaan; dan sumber pendapatan dan kes-
empatan kerja penduduk perkotaan. Pertanian
perkotaan futuristk bersifat multi-dimensi, yaitu: ekologi, ekonomi, sosial, kelembagaan, dan teknologi dengan metode MDS (Multi-Dimensional Scaling).

Skenario kebijakan pengembangan pertanian perkotaan didasarkan atas antisipasi keadaan yang mungkin
akan terjadi di masa depan. Untuk itu perlu disusun berbagai tingkat intervensi perbaikan atas kinerja atribut
kurang berkelanjutan yaitu Skenario I (Pesimis), Skenario II (Moderat) dan Skenario III (Optimis). Skenario I.

Baca juga:  Kangen Sekolah

Konsep pertanian perkotaan futuristik selain mempertimbangkan teknologi kecerdasan buatan, Internet of Things dan ketahanan pangan, juga aspek sosial ekonomi dan lingkungan. Salah satu perwujudan dari konsep ini adalah bertani di perkotaan atau biasa disebut urban farming. Lahan pertanian urban juga dapat menjadi tempat dimana interaksi sosial terjadi di tengah makin minimnya ruang publik yang representatif
di perkotaan.

Penghuni perkotaan dapat saling bertemu atau bahkan menjalin relasi. Lahan pertanian urban yang tetap mengakomodasi aspek estetika juga dapat menjadi wahana rekreasi dan ruang terbuka hijau yang bisa meningkatkan kualitas hidup dan spiritual keluarga.

Pertanian perkotaan yang didominasi pemanfaatan lahan non-pertanian memiliki potensi pengembangan peruntukan pertanian perkotaan yang lebih lanjut (advanced), jika dibandingkan dengan karakteristik pertanian perdesaan. Selain itu, gerakan sosial tersebut dilakukan pada akhir pekan yang merupakan masa senggang dari aktivitas rutin.

Baca juga:  Ibukota Negara akan Dibangun Futuristik dan Ramah Lingkungan

Hal-hal inilah yang bisa menjadi menarik generasi muda untuk ambil bagian secara sukarela. Namun demikian, keterlibatan generasi muda dapat lebih dikembangkan lebih lanjut, misalnya dengan pengembangan agrowisata atau industri pengolahan pangan.

Harapannya semakin banyak generasi muda yang melihat pertanian sebagai usaha prospektif, maka kegiatan pertanian perkotaan dapat berkelanjutan. Komunitas petani dapat berkembang pesat karena mengandalkan geraknya pada kekuatan komunitas  berbasis media sosial.

Komunitas tersebut selain menciptakan ruang publik di dunia maya juga menciptakan ruang-ruang bersama secara fisik di ranah publik sesuai dengan tujuan dan visi mereka.

Melalui dunia maya seperti media sosial, anggota komunitas saling berinteraksi dan berkomunikasi yang membentuk dialogs hingga akhirnya mereka memutuskan untuk melakukan aktivitas atau gerakannya secara offline.

Penulis Guru besar Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana

BAGIKAN