DENPASAR, BALIPOST.com – Menjelang penetapan calon wakil rakyat Bali dan anggota DPD perwakilan Bali, popularitas para calon wakil krama Bali belum terbangun. Ada kecenderungan krama Bali belum mengenal integritas dan komitmen calon wakilnya menjaga dan memperjuangkan kepentingan Bali. Sosialisasi konvensional yang masih dibudayakan para calon, hendaknya diimbangi dengan kampanye gagasan dan visi misi lewat media massa.

Akademisi FISIP Universitas Warmadewa, Hady Pradnyana ada 3 strategi yang mesti dilakukan pada bacaleg untuk menarik para pemilihnya. Pertama, segmenting, yaitu segmentasi apa yang ingin dituju para bacaleg untuk menarik simpatisannya. Kedua, branding dan targeting, bagaimana bacaleg membranding dirinya sebagai figur yang dicintai para pemilih. Ketiga, positioning, memposisikan diri pada isu-isu tertentu.

Baca juga:  589 Caleg Perebutkan 55 Kursi DPRD Bali

Terkait dengan sosialisasi yang menggunakan baliho, dikatakan masuk pada strategi branding. Namun, strategi konvensional ini tidak efektif untuk mendongkrak elektabilitas dan popularitas caleg. Sebab, berdasarkan riset dan survei sejak tahun 2014, cara ini tidak efektif lagi.

Hal ini dikarenakan saat ini jumlah pemilih milenial dan generasi Z sangat mendominasi. Bahkan, jumlahnya hampir 60 persen dari total pemilih yang ada. Kebanyakan pemilih muda ini bersafari di media sosial dan ruang-ruang digital.

Baca juga:  Puluhan Warga Datangi Rumah Bupati Nengah Tamba

Pengamat Kebijakan Publik Universitas Warmadewa (Unwar), Anak Agung Gde Brahmantya Murti menyampaikan terjun ke dunia politik, para calon mestinya menyiapkan modal politik yang cukup tinggi. Terutama untuk biaya sosialisasi ke tengah masyarakat. Dikatakan, kehadiran media sosial memang menjadi ruang yang terbuka dan dapat dimanfaatkan oleh bacaleg dalam memperkenalkan dirinya. Ditambah, pemilu mendatang didominasi oleh generasi milenial yang menjadi pengguna aktif terbesar media sosial kita.

Baca juga:  Pasutri Terancam Hukuman Seumur Hidup

Meski demikian, kegiatan-kegiatan sosialisasi langsung ke tengah masyarakat tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Interaksi secara langsung antarbacaleg dengan masyarakat masih menjadi cara penting untuk mendekatkan calon-calon perwakilan rakyat dengan rakyatnya. (Ketut Winata/balipost)

Simak selengkapnya di video

BAGIKAN