NEGARA, BALIPOST.com – Warga Desa Yehembang Kauh, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, Bali, mengeluhkan tak kunjung selesainya pengerjaan jembatan penghubung antar desa yang putus akibat diterjang banjir bandang tahun 2022 lalu. Dari pengamatan proyek senilai Rp 4,6 miliar lebih tersebut sejak sepekan terakhir tidak ada aktivitas pekerja, namun pekerjaan belum selesai.
Dari papan proyek tertulis pengerjaan jembatan paling lambat sekitar dua pekan ke depan. Mulai sejak Mei 2023 dengan waktu pengerjaan 180 hari kerja. Namun dilihat dari progres masih jauh dari target rampung masa waktu tersebut. Baru pembuatan beton penyangga di kedua sisi.
I Dewa Ketut Sudiana, (61) salah seorang warga di Banjar Sekar Kejula yang sering menyeberang sungai berharap agar pengerjaan jembatan antar desa ini segera rampung. Warga khawatir pengerjaan berhenti karena tidak adanya aktivitas. Jembatan ini sangat diperlukan warga karena merupakan penghubung yang paling dekat. “Warga saat ini masih sering turun ke sungai, karena lebih dekat dan air sungai surut. Nanti kalau sudah penghujan, terpaksa memutar. Jembatan ini sangat diperlukan,” katanya.
Terpisah Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman (PUPRPKP) Jembrana I Wayan Sudiarta mengatakan adanya penambahan waktu pengerjaan pembangunan satu bulan. Sehingga ditargetkan pada awal Desember nanti selesai.
Penambahan ini karena adanya penambahan pekerjaan baru untuk Catus Pata. Penambahan ini dilakukan saat berjalan pengerjaan karena proses persetujuan warga yang lahannya terlalui juga baru terwujud.
Sehingga, pengerjaan catus pata saat ini difokuskan dulu, sehingga bisa menyesuaikan dengan tinggi jembatan. “Jembatan ditinggikan dari sebelumnya, karena itu catus pata dikerjakan dulu agar sesuai dengan tinggi jembatan,” terangnya.
Pembangunan jembatan ini bersumber dari Bantuan Keuangan Khusus (BKK) Provinsi tahun 2023. Sebelumnya, jembatan penghubung antar desa ini terseret banjir bandang tepat setahun lalu. (Surya Dharma/balipost)