DENPASAR, BALIPOST.com – Indonesia Bitcoin Conference 2023 digelar di Bali mulai Kamis (26/10) hingga Jumat (27/10). Kegiatan yang diselenggarakan Komunitas Bitcoin Indonesia ini digelar di Sanur.
Menurut Ketua Penyelenggara Indonesia Bitcoin Conference, Dea Rezkitha, banyak topik yang dibahas terkait bitcoin. Mulai investasi, pembayaran masa depan, lightning network dan open source, serta komunitas dan gaya hidup bitcoin.
“Bitcoin memiliki potensi untuk mengubah industri keuangan dan menciptakan peluang baru bagi individu dan bisnis khususnya di Indonesia,” jelas Dhea.
Ada ratusan pembicara yang dihadirkan dalam kegiatan ini. Salah satunya pendiri dan mantan CEO Twitter, Jack Dorsey, yang kini fokus ke bitcoin.
Peserta yang tak hanya berasal dari Indonesia ini juga memiliki kesempatan untuk mendengar sesi dari Gita Wirjawan, Jesse Choi, Tirta Karma Bergaya, Alex Gladstein dan masih banyak lagi.
Saat ini, ia mengungkapkan harga bitcoin melonjak ke angka Rp555,4 juta semenjak Mei 2022. Harga bitcoin naik 105 persen semenjak harga terendahnya di 2022. “Momentum ini adalah waktu yang tepat untuk membahas mata uang digital yang mendominasi pasar ini,” jelas Dea.
Ditambahkan Hendry Mualim dari Asosiasi Indonesia Bitcoin Conference, perkembangan bitcoin ini sangat cepat di luar negeri. Ia berharap Indonesia tidak jauh tertinggal dalam hal adopsi bitcoin ini. “Paling ga bisa sejajar atau lebih cepat dalam pengadopsian. Sebab, di beberapa negara, Bitcoin sudah dipakai alat pembayaran. Beberapa juga sudah mulai mining, seperti di El Savador dan Myanmar,” ungkapnya.
Harapan sama juga dikemukakan Pratiwi Gunawan dan Hansen Malau yang merupakan praktisi bitcoin. Mereka berharap lewat pengalaman yang dimiliki, masyarakat yang tertarik untuk berinvestasi di bitcoin bisa memperoleh literasi yang lebih baik soal mata uang kripto ini sehingga terhindar dari skema ponzy.
“Kita terbuka untuk pembelajaran. Kami meyakini investasi ini akan membuka lapangan kerja karena Indonesia punya sumber daya energi yang berlimpah, terutama yang berkelanjutan sehingga bitcoin bisa ditambang dengan lebih hemat energi,” harapnya. (Diah Dewi/balipost)