Salah satu sajian menggunakan pangan organik dari petani lokal dihidangkan di restoran multinasional. (BP/Istimewa)

GIANYAR, BALIPOST.com – Mengonsumsi bahan pangan organik dari petani lokal atau konsep “farm to table” kini makin tren. Bahkan restoran multinasional mulai melirik penggunaan pangan lokal ini untuk menarik minat penikmat kuliner.

Hal ini pun diakui Residence Chef Pistachio Restaurant Ubud, Agus Ari Saputra. Ia mengatakan, bahan pangan organik semakin diminati wisatawan, tidak hanya wisatawan domestik tapi juga mancanegara. Misalnya saja salad dan vegetarian food telah menggunakan bahan organik dari petani lokal.

Baca juga:  KPU Minta Pemda Siapkan Ruang Konsultasi Kesehatan Jiwa

Ia pun merancang menu yang dapat mendorong petani di Bali menghasilkan bahan pangan lokal seperti ubi, singkong, pisang. Namun ia belum berani mendeklarasikan bahan pangan yang digunakan 100 persen organik. “Makanan organik mulai kita pikirkan untuk mencarikan supplier untuk kami menuju 100% organic. Kalau sudah turun ke lapangan atau perkebunan, baru kita bisa memastikan,” ujarnya

Menurutnya, minat akan makanan berbahan organik muncul sejak konsumen mulai sadar akan kesehatan dan keberlangsung lingkungan alam. Untuk itu, industri juga ingin berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan. “Maka dari itu kami mulai mencari ide-ide bahan pangan lokal, salah satunya smoothies bowl menggunakan buah lokal, selain lebih sehat karena kandungan gizinya, juga lebih aman dari bahan kimia,” ujarnya.

Baca juga:  Penting, Hilirisasi Produk Pangan Lokal Bali

Chef berkebangsaan Jepang, Yukio Yoshida, belum lama ini juga mengatakan beberapa restoran di Jepang tidak hanya menyediakan menu yang memikat lidah. Mereka juga berkomitmen untuk menjaga lingkungan dan mengurangi limbah makanan.

Menurutnya masyarakat mulai sadar akan pentingnya lingkungan yang berkelanjutan. Maka dari itu banyak orang termasuk pelaku usaha di bidang kuliner muncul menjawab kebutuhan tersebut.

Konsep “Farm to Table” tak hanya menghidupkan kembali hubungan erat antara petani lokal dan restoran, tetapi juga menghadirkan pengalaman kuliner yang tak terlupakan bagi pengunjung. (Citta Maya/balipost)

Baca juga:  Ketua DPRD Bali : Jika Lengah dan Terlalu Bangga, Suatu Saat Desa Adat Tinggal Nama
BAGIKAN