Salah seorang konsumen melakukan pembayaran digital Doku saat berbelanja produk UMKM di Denpasar, Kamis (26/10). (BP/eka)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Banyak kisah sukses berawal dari kondisi keterpurukan. Hal itu dialami pula oleh dua perempuan, Himelda Renuat dan Nabilah Alsagoff.

Himelda dan Nabilah mengalami keterpurukan setelah tragedi Bom Bali terjadi di 2002. Mereka berdua merenung di Pantai Seminyak memikirkan nasib.

Himelda kemudian berpikir tentang Paypall yang bisa masuk dan digunakan oleh merchant di Bali, meskipun pembayarannya baru dilakukan dua minggu kemudian tanpa ada dukungan dari pihak lokal. Padahal karena transaksi itu, banyak efek lost dari exchange rate karena konversi dari dolar ke rupiah.

“Dari situ kita terbersit ide bahwa Indonesia harus punya. Butuh waktu 2 tahun untuk mempelajari itu serta mengecek regulasi atau stakeholder di perbankan bisa menerima ide tersebut atau tidak. Karena waktu itu, ide gila ini muncul tahun 2005, akhirnya kita bentuk perusahaan payment gateway,” tuturnya saat ditemui di Tuban, Badung pada Rabu (25/10).

Baca juga:  Virtual Account Jadi Pembayaran Transaksi Digital Populer

Ia masih ingat anchor merchant pertamanya Garuda Indonesia pada 2008. “Kita bertahan selama beberapa tahun namun untuk bisa berkembang, uang kita tidak cukup. Sehingga 2010 kita bertemu investor pertama kita dan rebranding menjadi Doku. Makanya kami merasa memiliki kedekatan emosional dengan Bali,” ungkapnya sembari mengenang masa itu.

Selama 15 tahun mengoperasikan perusahaan payment gateway, Himelda yang Co-Founder dan Chief Marketing Officer DOKU itu mengatakan pihaknya kini fokus menyasar UMKM. Sebab, ia menyadari saat pandemi COVID-19, segmen yang mampu bertahan adalah UMKM.

Baca juga:  Selain Berlakukan Jam Malam Penyeberangan, Random Sampling Syarat PPDN Digelar di Kapal

“Dan kita belum masuk ke segmen itu. Ada sebagian yang sudah dilayani seperti di Bali, tapi lebih ke hospitality seperti hotel, travel agent, tempat wisata namun yang membuat kita survive lewati pandemi, khususnya di Bali berkembang berkali-kali lipat karena masuk ke pelayanan publik, rumah sakit, transportasi penyeberangan, koperasi, dan sekolah,” ungkapnya.

Disadari, UMKM memerlukan solusi yang harus disederhanakan dan mampu menjawab tantangan. Saat ini tercatat 15.000 UMKM telah terhubung ke layanan tersebut, dan 1.900-an diantaranya ada di Bali.

Baca juga:  Penambahan Kapal Dilakukan, Antisipasi Puncak Arus Balik Nataru

Hingga Oktober 2023, tercatat lebih dari 200 juta transaksi merchant telah diproses, tumbuh 80 persen (yoy). Transaki tersebut tidak hanya disumbang UMKM tapi juga adopsi dari QRIS, koperasi, dan lainnya.

Ditambahkan Co-Founder dan Chief Operating Officer DOKU, Nabilah Alsagoff, untuk menjangkau UMKM perlu banyak edukasi dan mengubah mindset karena pembayaran yang awalnya tunai atau cash tanpa memerlukan biaya tambahan beralih ke pembayaran digital. “Untuk mengubah mindset itu, kita harus memberikan edukasi bagaimana untuk bisa growth lebih dengan investasi pada sistem pembayaran,” imbuhnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN