Lego menjadi salah satu permainan yang bisa mengasah kreativitas anak dan mengurangi ketergantungan terhadap gawai. (BP/Istimewa)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Kepenatan anak-anak belajar di sekolah kerap membuat pilihan hiburannya jatuh pada games di gawai. Padahal screen time yang berlebihan bisa menimbulkan efek negatif bagi tumbuh kembang hingga berujung pada kecanduan gawai.

Menurut General Manager Lego, PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk, Ie Tjung, Rabu (1/11), salah satu yang dapat memberi hiburan dan mengasah kreativitas anak-anak sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap gawai adalah bermain lego. Menyusun brick sesuai dengan buku panduan atau bahkan dengan kreativitas anak, juga membantu peningkatan konsentrasi.

Baca juga:  Soal Perizinan, Pemprov Bali "Warning" Beach Club di Canggu

Ie mengungkapkan jika anak-anak terbiasa dengan bermain lego, kecerdasan mereka terasah sehingga bertambah kreatif. Permainan ini juga bisa diperkenalkan sejak usia 18 bulan hingga usia dewasa karena dapat meningkatkan kinerja otak.

“Dilihat dari sisi produk, untuk orang dewasa ada banyak. Jadi ini mainan untuk semua umur. Tidak hanya pasang tapi juga bisa bongkar brick, lalu disusun kembali. Jadi dapat mengasah kreativitas dan soft skill dari anak anak atau bahkan kita, apalagi buat orang dewasa bisa membantu tetap mengasah otak tetap tajam meski makin berumur,” ujarnya.

Baca juga:  Komitmen Tingkatkan Pendidikan Anak Setelah Negerikan TK, Pemkab Klungkung Siapkan Angkutan Gratis

Di Indonesia, ia mengakui penggemar lego lebih banyak di Pulau Jawa. Namun,  ia ingin membawa lego ini ke Bali mengingat sudah terkenal di mancanegara. “Bali sendiri dipilih sebagai tempat dibukanya store karena wisatawan yang datang ke Bali berganti-ganti sehingga ketika mereka berlibur dalam waktu yang cukup lama, maka untuk mengisi kebosanan anak-anaknya bisa dengan bermain lego,” sebutnya ditemui di sela-sela pembukaan Lego Certified Store di Beachwalk, Kuta.

Baca juga:  Seribuan Siswa Tidak Lolos PPDB, Disdik Gianyar Pastikan Diterima di Negeri

Selain itu, kreativitas anak-anak menyusun brick juga memacu lego berinovasi produk. Dari yang dulunya lego berukuran brick besar, kini tersedia berbagai bentuk dengan ukuran kecil.

Konsep gerai pun disesuaikan dengan gaya berbelanja masyarakat saat ini, yakni retailtainment. Jadi, tak hanya sekedar menjual tapi juga memberikan hiburan.

“Selain retail (menjual) juga ada entertaint dan edukasi salah satunya digibox yang dapat memvisualisasikan bentuk-bentuk lego. Ada banyak fitur yang dapat dicoba langsung,” tutupnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN