DENPASAR, BALIPOST.com – Di tengah kemarau panjang sebagai dampak dari El Nino membuat gejolak harga terjadi pada beberapa komoditi pokok, terutama beras. Gejolak harga beras ini pun terjadi secara global. Menjelang tahun politik pada 2024, ketersediaan serta distribusi pangan menjadi perhatian sehingga tidak menimbulkan gejolak harga yang lebih berat dan merugikan masyarakat.
Hal tersebut terungkap pada Dialog Merah Putih Bali Era Baru yang digelar, Rabu (1/11) di Warung Bali Coffee Jl. Veteran 63 Denpasar bertemakan “Mengerem Gejolak Pangan Jelang Pemilu”. Tampil sebagai narasumber Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Holtikultura Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Ir. Nyoman Suastika., M.Si, Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Provinsi Bali Ni Luh Putu Trisnadewi, S.E., M.M, dan Manajer Supply Chain dan Pelayanan Publik Bulog Kantor Wilayah Bali, Suudi Mutim.
Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Holtikultura Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Ir Nyoman Suastika., M.Si., menjelaskan, ketahanan pangan erat kaitannya dengan ketersediaan, distribusi dan keterjangkuan harga. Di Bali sendiri pada tahun 2023 ini rencana panen padi terjadi pasa 125 ribu hektare lahan dengan produktivitas mencapai 6 ton per hektar. Pihaknya memprediksi jumlah prpduksi gabah kering giling mencapai 668 ribu ton dan berupa beras sekitar 425 ribu. “Jika melihat jumlah penduduk Bali yang mencapai 4,3 juta jiwa, tentunya kita surplus,” terangnya.
Kenaikan harga beras saat ini dikatakannya juga dipengaruhi oleh fluktuasi harga global, dimana banyak negara negara yang sebelumnya mengekspor beras kini menutup sementara aktivitas ekspornya. Kondisi saat ini, menurut Suastika membuat harga jual gabah tinggi. Hal ini diharapkan berdampak pada nilai tukar petani menjadi tinggi. Meski di sisi lain, petani juga harus membeli beras dengan harga tinggi.
Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Provinsi Bali Ni Luh Putu Trisnadewi, S.E., M.M., mengatakan, selain beras beberapa komoditi pokok lainnya yang mengalami fluktuasi sepanjang tahun 2023 ini adalah cabai rawit, gula pasir dan telur ayam. Fluktuasi harga pangan ini menurutnya sangat rentan dipengaruhi oleh cuaca. Terutama untuk beras dan cabai rawit. Dampak El Nino ini membuat produksi petani menurun.
“Contoh cabai rawit yang sangat rentan dengan hujan ataupun kemarau. Sehingga membuat pasokan ke pasar berkurang yang pasti akan mempengaruhi harga,” terangnya.
Trisnadewi mengatakan, ke depannya yang masih sangat perlu diantisipasi adalan harga beras. Untuk megendalikan kenaikan harga pangan, ia mengaku, bekerjasama dengan Bulog dan dinas kabupaten/kota, rutin menggelar pasar murah. Hingga saat ini sudah ada 378 kali pasar murah dilaksanakan. Demikian juga dalam upaya menekan lonjakan harga yang terjadi, pemantuan harga pangan rutin dilakukan baik oleh Disperindag Provinsi termasuk kabupaten/ kota di Bali.
Sementara itu, Manajer Supply Chain dan Pelayanan Publik Bulog Kantor Wilayah Bali Suudi Mutim menjelaskan, stok beras di Gudang Bulog sampai akhir tahun nanti aman. Dia memaparkan saat ini stok beras di Gudang Bulog mencapai 4.150 ton ditambah lagi pasokan dari Jawa Timur sebesar 5.070 ton. Sehingga secara total menjadi 10.020 ton.
“Meski dikurangi untuk program Bantuan Pangan Pemerintah dan SPHP (Stabiliasai Pasokan Harga Pasar), stok beras kita masih ada sekitar 5.000 ton hingga akhir tahun nanti. Menjelang Pemilu, Januari-Februari nanti kembali digelontorkan, stok juga masih aman,” terangnya.
Disinggung terkait tambahan impor beras yang dilakukan Indonesia saat ini, Suudi Mutim mengatakan, itu bukan semata- mata menjelang Pemilu. Dikatakannya, impor ini memang menjadi kebutuhan mendesak untuk cadangan pangan nasional dikarenakan El Nino yang berdampak pada produksi pertanian menurun, khususnya beras. “Itulah tugas dan fungsi Bulog dalam menyediakan cadangan pangan nasional. Kita berupaya menyediakan stok, tidak ada hubungannya dengan Pemilu,” terangnya. (Widiastuti/bisnisbali)