GIANYAR, BALIPOST.com – Setiap enam bulan atau 210 hari sekali digelar upacara pujawali atau piodalan di Pura Kawitan, Pura Puri Agung Dalem Tarukan di Desa Pejeng, Tampaksiring, Gianyar. Sebelumnya, di pura ini sudah pernah digelar karya agung pada tahun 1996 dan kedua tahun 2007 serta enam bulan lalu digelar karya ngusaba.

Bendesa Adat Pura Kawitan, Pura Puri Agung Dalem Tarukan, Bambang Nyoman Oka mengatakan, pujawali di pura ini jatuh pada Buda Umanis Wuku Perangbakat. Pujawali setiap enam bulan Bali atau 210 hari sekali berlangsung selama lima hari. Dengan persiapannya sudah berlangsung beberapa hari sebelumnya diawali dengan “nanceb dan macaru”.

Baca juga:  Desa Adat Undisan Kelod, Optimis Pariwisata Bangkit Kembali

Dalam puncak pujawali di-puput oleh Ida Pedanda Wayahan Bun dari Griya Pejeng Sanur, Tampaksiring, Ida Begawan, Sri Dukuh dan dibantu sejumlah Jero Mangku dari Paiketan Jero Mangku seluruh Bali.

Dikatakan, pangempon pura ini yakni para Gotra Sentana Dalem Tarukan (PGSDT) se-Kabupaten Gianyar dari tujuh Kecamatan. Mereka secara bergiliran dapat tugas untuk menyukseskan pelaksanaan pujawali ini.

Sementara para pamedek yang tangkil yakni umat dari seluruh Bali.  Yang unik dari keberadaan pura ini adalah dibangun patung kuda dari kayu. Bendesa Adat Bambang Nyoman Oka menjelaskan sejarah patung kuda, berawal saat dilakukan pemugaran dan perluasan pura tahun 1968 ditemukan gedokan jaran atau kandang kuda.

Baca juga:  "Direct Flight" Singapura-Bali akan Diperbanyak, Pelaku Pariwisata Anggap Sia-sia

Diceritakan Raja Dalem Tarukan yang diyakini sempat tinggal di areal ini dulunya memiliki satu ekor kuda hitam dengan bulu ekor menyentuh tanah. Kuda kesayangan Raja Dalem Tarukan ini bernama Ki Gagak Gore. “Karena ditemukan gedogan jaran dan untuk mengenang bahwa ini dulunya Puri Raja Dalem Tarukan sehingga dibuatkan patung kuda beserta palinggih-nya,” kata Bambang Nyoman Oka. (Yuliantara/denpost)

Simak selengkapnya di video

BAGIKAN