SEMARAPURA, BALIPOST.com – Pelabuhan Bias Munjul di Pulau Ceningan, Klungkung, saat ini sudah beroperasi setelah beberapa kali dilakukan uji coba. Namun, sesuai kekhawatiran berbagai pihak di wilayah kepulauan itu, jarang ada fastboat yang mau memanfaatkan Pelabuhan Bias Munjul.
Anggota DPRD Klungkung dari daerah setempat, Ketut Gunaksa, Kamis (9/11), mengatakan fastboat yang melayani penyeberangan warga baik dari Kusamba maupun Sanur, mayoritas masih memilih menurunkan penumpang di Pelabuhan Rakyat Jungutbatu, Telatta, dan Pasih Kauh/Tanjung Sanghyang. Gunaksa mengaku tak terlalu kaget dengan situasi itu.
Sebab, sejak awal dia menilai pembangunan Pelabuhan Bias Munjul terlalu dipaksakan di titik itu. Karena sejak dulu tidak pernah ada fastboat yang turun di sana.
Faktor yang paling krusial adalah belum tersedianya sarana penunjang seperti jalan dan jembatan untuk akses roda empat. “Sudah saya katakan berulang kali, manuver boat susah dilakukan di sana karena sangat kecil dan sempit. Pembangunannya sangat dipaksakan di situ, setelah jadi, juga tidak representatif. Akses jalan di sana itu tidak juga memadai, karena jembatan untuk lalu lintas kendaraan roda empat belum ada,” katanya.
Dia meminta rute penyeberangan, jangan sampai terpusat disana. Para operator fastboat harus diberikan kebebasan untuk memilih pelabuhan tujuannya untuk menurunkan penumpang. Jika dipaksakan seperti itu, ini akan menimbulkan kegaduhan.
Pelabuhan Bias Munjul di Pulau Ceningan, merupakan bagian dari Pelabuhan Segitiga yang menghubungkan Pelabuhan Sanur di Denpasar, Pelabuhan Sampalan di Pulau Nusa Gede, Nusa Penida dan Pelabuhan Bias Munjul di Pulau Ceningan, Nusa Penida. Pelabuhan Bias Munjul dibangun dengan anggaran sebesar Rp 97 miliar dari APBN Kementerian Perhubungan RI ini rampung pada 2022 lalu.
Pelabuhan ini diproyeksikan manjadi penunjang aktivitas penyeberangan masyarakat Pulau Nusa Ceningan dan Pulau Nusa Lembongan, untuk percepatan perekonomian serta kegiatan pariwisata.
Kepala Dinas Perhubungan Klungkung Gusti Gunarta, Kamis (9/11) membenarkan Pelabuhan Bias Munjul sudah beroperasi. Proses uji coba terakhir sempat dilakukan pada September lalu, dan ditemukan sejumlah hal yang menjadi catatan.
Kapal Ro-Ro Nusa Jaya Abadi yang digunakan saat uji coba mampu sandar dengan baik. Namun, selanjutnya perlu melengkapi rambu-rambu navigasi, termasuk pengerukan karang untuk memperlebar haluan kapal.
Pasang surut air laut juga masih jadi kendala, idealnya akan diperdalam lagi alurnya, untuk mencegah kapal besar saat sandar menghantam karang. “Sudah ditindaklanjuti beberapa catatan saat uji coba terakhir. Coba dihubungi yang bertanggujawab langsung di Pelabuhan Bias Munjul untuk konfirmasi lebih lanjut,” kata Gunarta. (Bagiarta/balipost)