Pengrebab menunjukkan cara memainkan rebab saat workshop, Jumat (9/11). (BP/yud)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Pemain Rebab di Kabupaten Buleleng kian langka. Keberadaan pemain rebab atau pengrebab di Kabupaten Buleleng bisa dihitung dengan jari. Demikian terungkap dalam Workshop yang digelar Dinas Kebudayaan Buleleng bekerjasama dengan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.

Prof. Dr. Pande Made Sukerta mengatakan workshop ini digelar sebagai bentuk kepedulian akan pelestarian alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara digesek itu. Ia menuturkan, rebab ini dulu dimainkan dalam penampilan arja.

Baca juga:  Disaksikan Ribuan Masyarakat, Atraksi Budaya HUT 247 Kota Gianyar Dibuka Rochineng

Di Buleleng pada tahun 1979 hanya ada satu orang pengrebab asal Desa Mayong yang kini telah meninggal dunia. Pengrebab tersebut merupakan salah satu dari enam orang pengrebab yang tersebar di Bali.

“Dulu tahun 1920-an rebab digunakan untuk pengiring Tari Arja, tapi sekarang ini makin merosot peminatnya. Ditambah waktu itu pembuatnya juga kurang, belinya sulit juga. Itu menjadi penyebab peminatnya berkurang,” ujar Sukerta, Kamis, (9/11).

Baca juga:  Buleleng Siapkan Dua Skema Penanganan OTG-GR

Ia mengatakan bahwa di Buleleng juga sudah ada pengembangan rebab beberapa kali. Namun hasilnya belum maksimal.

Dosen asal Tejakula, Buleleng ini berharap dengan adanya workshop, peminat rebab bisa meningkatkan kualitas supaya dapat menularkan ilmunya ke orang lain..

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng, I Nyoman Wisandika tak menampik kelangkaan pemain rebab di Buleleng. Peminatnya disebutkannya, dari kalangan orangtua atau lingsir.

Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi pengrebab di Bali selatan yang berkembang cukup baik. Kondisi ini pun menjadi motivasi agar Buleleng juga memiliki sumber daya manusia yang memainkan alat tradisional berbentuk seperti biola itu.

Baca juga:  Baligrafi, Upaya Membangkitkan Seni Aksara Bali

“Memang pemain rebab di Buleleng sangat langka, sedikit. Biasanya peminat rebab pemain tua dan lingsir, jadi kalau orang muda jarang. Tentu ini momen bagus agar pemain rebab Bali di Buleleng semakin banyak,” kata Wisandika. (Nyoman Yudha/balipost)

BAGIKAN