GIANYAR, BALIPOST.com – Pura Agung Gunung Raung yang ada di Desa Adat Taro Kaja, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar kini sedang digelar karya ageng yakni Bhatara Turun Kabeh. Karya berlangsung selama 12 hari.

Para pemedek bukan saja dari seluruh Bali, namun juga umat Hindu dari Jawa. Pura dengan luas 1 hektar ini terdiri dari sejumlah palinggih. Yang unik dari Pura Agung Gunung Raung adalah pelinggih pura menghadap ke timur.

Baca juga:  Desa Adat Sangkanbuana Gelar Melaspas dan Pasupati Pralingga

Sehingga para pemedek sembahyang di  Pura Agung Gunung Raung ini menghadap ke barat (Gunung Raung di Jawa). Beda dengan pelinggih dan cara sembahyang di pura pada umumnya di Bali yang berada di sisi timur atau utara, sehingga umat yang sembahyang menghadap ke utara atau ke timur.

Hal ini sesuai petunjuk dari turun temurun karena ada hubungan historis dan diyakini pelinggih Pura Agung Gunung Raung di Taro, dengan Gunung Raung yang di pulau Jawa.

Baca juga:  Padukan Alam dan Budaya, Desa Adat Batuaji Ingin Jadi Desa Wisata

Bendesa Adat Taro Kaja, I Nyoman Tunjung menjelaskan menurut cerita para leluhur dulu di wilayah ini belum ada penduduk dan belum juga ada bangunan pelinggih pura, namun hutan belantara yang lebat.

Kemudian datang Rsi Markandeya dari Jawa ke tanah Bali. Awalnya beliau tiba di utara ngeruak, maka tempat  ini sekarang disebut Puakan.

Saat Rsi Markandeya di Desa Puakan, beliau melihat sinar memancar ke langit dari tempat Pura Agung Gunung Raung, Desa Taro sekarang. Sehingga Rsi Markandya bersama pengiringnya menuju sinar atau tempat ini dengan mendirikan pura. (Agung Yuliantara/denpost)

Baca juga:  PHDI dan Majelis Madya Jembrana Imbau Ogoh-ogoh Tak Berisi Simbol Ini

Simak selengkapnya di video

BAGIKAN