DENPASAR, BALIPOST.com – Pungutan liar (pungli) fast track di Imigrasi Bandara I Gusti Ngurah Rai mencoreng image pariwisata Bali. Untuk itu, diharapkan pungli ini bisa dituntaskan.
Menurut Ketua Bali Villa Association (BVA) Putu Gede Hendrawan, Senin (20/11), terjadinya antrean panjang di jalur Imigrasi Bandara Ngurah Rai membuat banyak keluhan datang dari wisatawan. Meski hal itu berlangsung lama, namun belum ada solusi dan upaya memberikan pelayanan yang lebih baik untuk wisatawan, sehingga jalur fast track menjadi pilihan agar tak mengantre lama.
Perbuatan oknum melakukan pungli sangat disayangkan. Maka dari itu ia mendukung upaya Kajati Bali untuk mengungkap tuntas layanan tersebut.
“Memang layanan tersebut sangat membantu sekali, mempercepat proses yang ada di jalur imigrasi , jalur yang harus dilalui wisatawan asal dikelola sesuai prosedur, tapi kalau dilakukan individu atau oknum maka akan sangat mengganggu karena tidak adany tarif yang tetap sehingga berpotensi terjadi negosiasi. Di sini yang mungkin bisa mengganggu dan memberikan kesan yng tidak baik,” ujarnya.
Selama ini pembelian Visa on Arrival (VOA) kerap dikeluhkan karena menimbulkan antrean panjang. Maka dari itu hendaknya dibuka gate tambahan di saat jam-jam sibuk. “Mungkin ini yang tidak diterapkan sehingga terjadi antrean panjang. Coba dibuka tambahan gate di VoA mungkin antrean bisa ditekan, di situ seharusnya diantisipasi,” tandasnya.
Meski layanan imigrasi kerap menimbulkan penumpukan sejak lama namun belum ada tindak lanjut perbaikan yang berhasil mengurai penumpukan tersebut. “Itu yang kita belum ketahui sehingga gate tambahan yang ada di bandara ini tidak dimaksimalkan, atau tidak dibuka di saat jam sibuk. Apa ada unsur unsur tertentu, saya kurang paham juga, apa kendalanya tidak ditambah gate pada jam jam sibuk, apa ini kesengajaan atau tidak, saya kurang paham. Tapi secara teknis seharusnya mereka antisipasi,” tandasnya.
Pelaku pariwisata Gusti Kade Sutawa menyayangkan adanya pungli di jalur fast track Imigrasi Ngurah Rai. Jalur tersebut seharusnya dipakai untuk para lansia ,ibu hamil, ibu menyusui, dan pekerja migran Indonesia dan semestinya free atau tidak berbayar.
Ia berharap agar kejadian ini, bisa ditertibkan oleh Imigrasi dan terutama pihak yang berwenang seperti Kajati karena bisa mencoreng image Imigrasi dan destinasi pariwisata Bali. (Citta Maya/balipost)