Founder Agung Rai Museum of Art (ARMA), Agung Gde Rai (3 kanan) dan sejumlah pendukung ARMA Fest 2023 saat menjelaskan tentang kegiatan seni yang akan berlangsung pada 9-10 Desember 2023. (BP/may)

GIANYAR, BALIPOST.com – Ubud kini tak hanya merupakan desa di Gianyar. Keberadaan Ubud yang menjadi global society (desa global) membuatnya memiliki posisi penting dalam upaya mempromosikan karya seniman Bali ke dunia internasional. Demikian disampaikan Founder Agung Rai Museum of Art (ARMA), Agung Gde Rai, Senin (4/12).

Agung Rai mengatakan saat ini di Ubud muncul Kampung Rusia, Kampung Inggris, dan lainnya. Hal ini dinilai bisa menjadi momen untuk mempromosikan karya seniman Bali, baik oleh tim maupun individu, sehingga pihaknya mengagas ARMA Fest yang akan berlangsung selama 2 hari, 9-10 Desember 2023.

Baca juga:  Terdampak COVID-19, Seniman Bali Keluhkan Nihil Pendapatan

Tak hanya seni rupa dan lukisan, pihaknya ingin seni pertunjukan juga dapat dinikmati para wisatawan yang berkunjung ke Ubud, khususnya ke ARMA. Lewat festival yang memadukan kolaborasi seni musik, seni tari, dan seni rupa, wisatawan akan disajikan gambaran lengkap tentang Bali.

Tak hanya wisatawan asing, wisatawan domestik juga diharapkan bisa menikmati kesenian Bali dalam festival yang pertama kali digelar tersebut. Selama ini, ia mengakui lebih banyak turis asing yang berkunjung dan menikmati seni. Ia berharap wisatawan domestik dapat menikmati dan memahami seni sebagai sebuah upaya untuk berkontemplasi menjaga alam.

Baca juga:  Gubernur Koster Gelar Rakor Karya IBTK di Pura Agung Besakih

Sebab, alam Bali telah banyak memberi inspirasi kepada para seniman. Maka dari itu, pemahaman akan seni diharapkan dapat menggungah kesadaran masyarakat untuk menjaga alam agar dapat terus memberi inspirasi pada seni.

Sementara itu, GM ARMA Museum and Resort, Made Suhartna menambahkan, lewat ajang ini diharapkan semakin banyak yang ingin datang ke museum. Mengingat, museum tempat edukasi.

Salah satu seniman Bali yang akan tampil dalam acara festival ini adalah Gus Teja. Musisi ini mengakui tampil di ARMA merupakan kebanggaan baginya. Sebab, sejak kecil ia kerap berlatih di Sanggar Museum Arma.

Baca juga:  Pemprov Bali Serahkan Piagam Penghargaan ke 60 Lembaga Pendukung KTT G20

Alat musik pertama yang dimainkan adalah seruling. Bagi kebanyakan orang, pemain seruling dalam sebuah grup gamelan merupakan obyek penderita, namun lewat panggung tersebut ia ingin membuktikan bahwa seruling bisa berkelas dan tampil dalam panggung internasional.

Selain Gus Teja, terdapat belasan seniman Bali yang juga tampil. Terdapat pula sejumlah workshop terkait seni yang bisa diikuti. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN