Menteri Keuangan RI Sri Mulyani dalam Annual International Forum of Economic Development and Public Policy (AIFED) 2023 di Bali, Rabu (6/12/2023) (BP/Ant)

BALI, BALIPOST.com – Indonesia saat ini berada dalam posisi aman di tengah fragmentasi ekonomi global yang terjadi. Hal itu dikatakan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Menurut Sri Mulyani, salah satu indikator adalah dari tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang membaik, bahkan melebihi pertumbuhan ekonomi beberapa negara lain. “Perekonomian kita terus tumbuh sekitar 5 persen dalam delapan kuartal terakhir. Kami juga terus fokus pada hal-hal yang paling penting dalam membangun landasan yang tepat dan kuat bagi Indonesia untuk melanjutkan perjalanan menjadi negara berpenghasilan lebih tinggi,” kata Sri Mulyani saat menjadi pembicara kunci Annual International Forum of Economic Development and Public Policy (AIFED) 2023 di Nusa Dua, Bali, dikutip dari Kantor Berita Antara, Rabu (6/12).

Sri Mulyani menjelaskan, kebijakan fiskal yang efektif menjadi penunjang utama ketahanan ekonomi di tengah fragmentasi saat ini. Kebijakan fiskal memainkan peran penting sebagai peredam guncangan (shock absorber), menjaga stabilitas nasional sekaligus mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang solid.

Baca juga:  Jokowi Bertemu Pimpinan Lembaga Tinggi Negara, Ini yang Dibahas

“Kebijakan fiskal Indonesia didesain dengan seimbang untuk menjawab tantangan jangka pendek dan jangka panjang,” ujar Bendahara Negara tersebut.

Pemerintah juga berkomitmen untuk melaksanakan reformasi struktural guna meningkatkan daya saing di tingkat dunia melalui pembangunan infrastruktur, perbaikan kualitas sumber daya manusia, dan penguatan institusi.

Menurut Sri Mulyani, prinsip politik luar negeri Indonesia yang bersifat bebas aktif juga memainkan peran penting untuk membantu Indonesia bertahan di tengah persaingan tensi geopolitik yang memanas.

“Banyak sekali upaya yang telah dilakukan baik itu melalui Omnibus Law tentang Cipta Kerja, harmonisasi perpajakan, transfer fiskal pemerintah daerah dan yang terbaru adalah reformasi sektor keuangan [UUP2SK]. Ini semua masih merupakan seperangkat undang-undang yang kita perlukan untuk menerapkannya secara efektif,” terang Sri Mulyani.

Baca juga:  Anggaran Penanganan COVID-19 Meningkat Hingga Rp 300 Triliun

Menkeu juga menilai Indonesia diberkahi sumber daya alam (SDA) yang sebenarnya memainkan peran penting dalam tren geopolitik dan geostrategis. Transformasi kebijakan yang memprioritaskan hilirisasi industri mampu melindungi Indonesia dari kerentanan neraca perdagangan maupun neraca transaksi berjalan.

Sri Mulyani memberikan contoh mineral strategis sebagai salah satu mineral penting yang dapat dimanfaatkan Indonesia. “Industri hilirisasi kita sedang menciptakan reformasi transformatif yang mendukung landasan yang kuat, dan hal ini terjadi pada waktu yang relatif tepat ketika Amerika Serikat menaikkan suku bunga lebih dari 500 basis poin [bps],” jelasnya.

Lebih lanjut, Sri Mulyani menyampaikan bahwa Indonesia terus melanjutkan perjalanannya untuk menjadi negara berpenghasilan tinggi (high income country), namun ia mewanti-wanti ke depannya akan banyak tantangan.

Baca juga:  Layang-layang Sambut Senja di Tanah Lot

Dalam AIFED 2023 yang diselenggarakan pada 6-7 Desember 2023 di Bali itu, ia menyampaikan ada dua tantangan utama. Tantangan pertama menurutnya yakni fragmentasi geoekonomi akan mengakibatkan ketidakpercayaan antar negara.

Hal tersebut akan berujung pada terbatasnya perdagangan antar negara dikarenakan tidak adanya kepercayaan dengan negara lain.

Hal itu akan berujung pada disrupsi rantai pasok global (global value chain) karena negara-negara barat cenderung untuk beralih ke kerja sama ekonomi regional atau bilateral (on-shoring ke friend-shoring).

Kemudian tantangan kedua yakni ketika negara-negara memprioritaskan kepentingan masing-masing dibandingkan tindakan kolektif, terdapat risiko terkikisnya struktur tata kelola global. Sikap tersebut akan berimbas pada terhambatnya perdagangan internasional. (Kmb/Balipost)

BAGIKAN