MANGUPURA, BALIPOST.com – Indonesia berencana mengembangkan medical and wellness tourism untuk meningkatkan kunjungan wisatawan yang berkualitas. Namun, salah satu pendukung penting dalam pengembangan industri ini, yaitu terapis spa, jumlahnya justru tak mencukupi.
Ketua Bali Spa and Welness Association (BSWA), I Gde Nyoman Indra Prabawa, Jumat (8/12), mengatakan jumlah terapis di Bali mencapai ribuan. Namun kebutuhan akan tenaga terapis sangat banyak di Indonesia.
Ia pun mengutarakan hampir seluruh industri spa kini bergeser dari relaksasi ke rejuvenasi dan revitalisasi. Sehingga ini bisa dikategorikan dalam wellness dan medical tourism.
“Kita bagian dari pariwisata mencoba untuk tidak sekedar relaksasi saja tapi diutamakan lebih memberikan wellness kepada customer kita,” jelasnya di sela-sela BSWA Annual Event 2023.
Dalam rangka mendukung rencana pemerintah mengembangkan medical and wellness tourism destination, berbagai upaya dilakukan. Salah satunya mengedukasi para terapis dalam memberikan pelayanan ke tamu yang memiliki histori kesehatan mental kurang baik.
Sementara itu, Ketua Panitia BSWA Annual Event 2023, Minarni Sukmadewi mengatakan, dalam industri spa, salah satu yang dikembangkan untuk mendukung wellnes saat ini adalah hydration sound healing, sebuah upaya relaksasi dan revive untuk para terapis. “Saat mereka mengedukasi ke tamu, mereka juga memberikan service ke tamu namun bagaimana agar mereka balance antara terapis dan pasiennya,” ujarnya.
Ia pun mengakui ketersediaan terapis saat ini masih kurang. “Namun antara ketersediaan terapis di sekolah dan kebutuhan dunia kerja masih ada gap. Kebutuhannya 70% kita hanya memiliki 20%,” tandasnya.
Menurutnya industri medical wellness kini tidak hanya untuk orang yang memiliki sakit parah. Pasca-Covid, trennya bergeser untuk penyembuhan mental akibat stress dan persoalan yang dipendam sehingga membuat tubuh menjadi sakit. (Citta Maya/balipost)