SINGARAJA, BALIPOST.com – Ratusan penggemar dan pecinta game ambil bagian pada Piala Esports Indonesia (ESI) Buleleng, Minggu (10/12). Ajang ini selain menjaring atlet juga mengasah bakat penggemar game di Bali Utara.
Ketua Pengurus Kabupaten (Pengkab) ESI Buleleng A. Oka Suradiva mengatakan, ada sebanyak 455 orang pecinta game yang ikut kejuaraan ini. Mereka tampil dalam empat divisi game yang dilombakan yakni, e-Football, Free Fire (FF), PlayerUnknown’s Battlegrounds Mobile (PUBGM, dan Mobile Legends Bang Bang (MLBB). Kejuaraan tersebut digelar dalam dua sesi secara online dan offline.
Di sesi pertama tanggal 7 Desember, digelar sesi kualifikasi secara online. Kemudian dilanjutkan grand final yang dipusatkan di Gedung Imaco Pelabuhan Buleleng.
Suradiva menyebut, dari ratusan gamer tersebut sebagian di antaranya merupakan remaja yang masih berstatus pelajar. Tidak hanya dari Buleleng, sejumlah pesertanya datang dari luar daerah bahkan salah satu peserta datang dari daerah Sumatera Utara.
“Kejuaraan ini kita gelar open seluruh Bali. Ada juga peserta dari Sumatera Utara yang ikut. Kita berikan wadah untuk gamer Buleleng sebagai tuan rumah, untuk mengasah skill mereka,” ujarnya.
Jika dilihat dari partisipasi kalangan pelajar yang ikut dalam kejuaraan ini. Pihaknya akan memaksimalkan sosialisasi menyasar siswa SMP dan SMK di Buleleng. “Ke depan kita sasar pelajar, kita bina untuk bisa jadi atlet definitif di Porprov 2025. Kita juga maksimalkan klub-klub pecinta game yang ada di Buleleng,” katanya.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng, Made Astika mengatakan, dengan adanya kejuaraan ini bisa menjadi langkah positif untuk mengarahkan anak dalam bermain gadget. Saat ini ribuan anak dari SD hingga SMP di Buleleng disebut sudah memiliki gadget. “Kita hampir memiliki 11 ribu siswa SD dan SMP, hampir semua sudah memiliki gadget. Untuk mengarahkan anak-anak ke arah yang positif tentu harus ada event yang sifatnya positif. Even itu sudah diakui pusat dan sudah menjadi cabang olahraga,” ujarnya.
Karena itu kata Astika menyebut, Esport bisa dikembangkan sebagai ekstrakurikuler di sekolah. Pihaknya meminta pengurus ESI bisa masuk dalam olahraga yang dilombakan di Porsenijar. (Nyoman Yudha/balipost)