Ilustrasi. (BP/Dokumen)

NEGARA, BALIPOST.com – Penipuan investasi online dengan dalih saham kembali terjadi. Ratusan warga menjadi korban scam investasi online ini termasuk sejumlah warga di Kabupaten Jembrana, Bali. Penipuan ini dengan modus saham menggunakan aplikasi.

Para korban diimingi hasil lebih dari modal awal minimal Rp 2 juta per akun. Awalnya menurut salah seorang korban, proses pencairan dari hasil pergerakan saham lancar.

Para korban hanya mengecek pergerakan modal mereka melalui aplikasi. Bila tren positif, maka modal mereka terus bertambah tiap harinya. Dan bisa ditarik, namun tetap saldo menetap Rp 2 juta.

Baca juga:  Dari Sedang Evakuasi Pasien Terkonfirmasi COVID-19 Ambulans Ditabrak hingga Dalam 22 Hari Bali Tambah Hampir 6.000 Kasus

Namun menjelang pergantian tahun 2023, beberapa korban mengaku saham mereka masuk tren negatif. Dan diminta untuk menambah modal agar tren tetap positif.

Kalau tidak, modal awal mereka akan hangus. “Beberapa sampai pinjam uang untuk menutup hingga belasan juta. Karena iming-iming tren positif dan dapat hasil berlipat dari modal mengendap. Ternyata tidak bisa ditarik sebelum tahun baru lalu, termasuk tambahan (dari modal),” kata salah seorang korban, I Gede Tastra (40).

Baca juga:  Penipuan Investasi Online di Jembrana Bermodus Ponzi

Saldo mereka menjelang tahun baru beku dan tidak bisa ditarik. Meskipun aplikasi tersebut masih jalan. “Kalau lihat di grup WA, ada ratusan orang yang kena (tak bisa ditarik). Di Negara lumayan banyak juga, karena juga sistem mengajak member baru,” tambah korban lain, Ketut Dika, Rabu (3/1).

Hal ini dialami seluruh akun yang telah memasukkan modal dengan nilai beragam. Mulai Rp 2 juta hingga puluhan juta per akun. Mereka belum melaporkan hal ini karena masih berharap uang mereka kembali.

Baca juga:  Melonjak Signifikan, Sehari Dilakukan Seribuan Rapid Test di Pelabuhan Gilimanuk

Dilihat dari sistem diakui memang sangat menggiurkan karena dengan modal Rp 2 juta bisa berlipat. Bahkan juga ada tambahan bonus bila memiliki jejaring yang dipromosikan ikut dalam investasi. Korban menurutnya bukan hanya di Jembrana dan Bali, melainkan dari berbagai daerah seperti Jawa Timur dan lainnya. (Surya Dharma/balipost)

BAGIKAN