BANGLI, BALIPOST.com – Kemajuan wisata di Kintamani Bangli yang melesat harus berhadapan dengan serbuan lalat. Tidak hanya hinggap di makanan, wajah dan badan wisatawan pun dikerubuti lalat. Sungguh mengganggu kenyamanan. Jika tidak segera ditangani, Kintamani tak lagi ramai dikunjungi.
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Bangli meminta Pemkab Bangli segera menyikapi serius serbuan lalat di Kintamani. Pasalnya lalat di Kintamani sudah banyak dikeluhan wisatawan karena sangat mengganggu kenyamanan.
Ketua PHRI Kabupaten Bangli, I Ketut Mardjana mengatakan, banyak wisatawan menjadi tak betah berlama-lama di Kintamani gara-gara lalat. Pasalnya lalat tak hanya hinggap pada makanan namun juga menyerang badan dan wajah wisatawan hingga benar-benar membuat mereka tidak nyaman.
Banyaknya populasi lalat di Kintamani sebenarnya sudah menjadi masalah sejak lama. Namun, belum bisa tertangani sampai sekarang. Serangan lalat di Kintamani kini tidak saja terjadi jelang musim tertentu. “Kalau dulu biasanya begitu hujan lalatnya hilang, sekarang tidak. Serangannya sepanjang tahun. Paling parah setahunan terakhir,” kata Mardjana.
Banyaknya populasi lalat di Kintamani disinyalir karena tingginya aktivitas pertanian yang menggunakan kotoran ternak mentah sebagai pupuk kandang.
Mardjana mengatakan pengusaha hotel dan restoran di Kintamani selama ini sudah berupaya mengendalikan serangan lalat dengan melakukan berbagai cara. Mulai cara tradisional hingga penyemprotan dengan menggunakan bahan kimia. Namun, semua upaya yang dilakukan belum mampu menyelesaikan masalah.
Menurut Mardjana, pihaknya sudah pernah didiskusikan dengan mengundang Kementerian Pariwisata dan instansi terkait lainnya di Bangli. Akan tetapi, sampai sekarang tidak ada tindak lanjut penanganan apapun dari pemerintah.
Mardjana meminta Pemkab Bangli responsif. Pemkab Bangli diharapkan turun tangan dan melakukan langkah konkret untuk mengatasi populasi lalat di Kintamani. “Pemkab mestinya betul-betul care, mengambil action jelas untuk mengatasi persoalan itu. Ini tidak bisa ditangani orang per orang. Masalah lalat ini sudah jadi keluhan bagi wisatawan,” katanya.
Pemkab Bangli harus mencari solusi bagaimana agar pertanian bisa tetap jalan, di sisi lain pariwisata tidak terganggu serbuan lalat. Dalam konteks ini, ia meminta Pemkab Bangli harus jadi garda terdepan mengatasi masalah lalat. “Kan selama ini sudah ada pungutan-pungutan dan pajak-pajak dari masyarakat. Mestinya kan ada yang bisa dipergunakan untuk mengatasi persoalan ini. Kalau memang kurang budgetnya Pemkab mungkin bisa minta bantuan provinsi atau pusat. Yang utama kami harapkan adalah Pemkab responsif terhadap situasi yang ada. Jangan diskusi terus tapi tidak ada jalan keluar,” jelasnya.
Dalam upaya mengatasi serangan lalat, Pemkab juga diharapkan melakukan pelayanan pengangkutan sampah ke restoran-restoran. Dia memastikan pengusaha tidak akan keberatan jika dipunguti biaya asalkan pelayanan pengangkutan sampahnya dilakukan secara rutin. “Yang mendasar seperti itu saja tidak dilakukan. Harusnya ada publik servis seperti itu,” ucap Mardjana. (Dayu Swasrina/balipost)