SURABAYA, BALIPOST.com – Presiden Jokowi membuka Konvensi Kampus XXIX dan Temu Tahunan XXV Forum Rektor Indonesia di Surabaya, Jawa Timur pada Senin (15/1). Saat menyampaikan sambutan, ia pun menyapa sejumlah menteri yang hadir.
Menteri yang paling dulu disapa adalah Menteri Sekretaris Negara, Profesor Doktor Pratikno yang merupakan mantan rektor Universitas Gadjah Mada. Saat menyebutkan UGM, raut wajah Jokowi sempat tersenyum simpul. Ia kemudian menyatakan bahwa Pratikno merupakan satu angkatan dengannya.
Seperti diketahui, Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada menyampaikan kritik yang ditujukan kepada Presiden Jokowi. di akhir Desember 2023. Kritikan terhadap Jokowi itu terpampang pada spanduk berukuran sekitar 4×3 meter dan dipasang di sebelah utara Bundaran UGM, Yogyakarta, Jumat 8 Desember 2023.
Spanduk tersebut memuat tulisan berwarna merah “Penyerahan Nominasi Alumnus UGM Paling Memalukan” dengan wajah Jokowi tampak terbagi menjadi dua sisi, yakni menggunakan mahkota raja dan memakai topi petani.
Ketika itu, Presiden sempat menanggapi kritikan itu dengan mengingatkan semua pihak mengenai adanya etika dan sopan santun ketimuran dalam menyampaikan kritik atau pendapat.
Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana juga sempat mengatakan kritik dari BEM KM UGM, terhadap kinerja Presiden Joko Widodo harus diuji dengan argumentasi sesuai fakta. Menurutnya, Sabtu 9 Desember 2023, dalam negara demokrasi, yang namanya kritik, pujian, dan kepercayaan kepada penyelenggara negara adalah hal yang wajar.
Ia mengatakan setiap kinerja pemerintah menghasilkan tanggapan beragam dari masyarakat, ada yang merasa tidak puas, ada yang puas, bahkan sangat puas. Ia pun meminta agar mengecek saja penilaian lembaga-lembaga survei terhadap kinerja presiden. Juga bisa cek aktivitas Presiden yang lebih sering turun ke lapangan dan mendengarkan suara masyarakat.
Dikatakan Ari, kritik yang disampaikan sebagai upaya menarik perhatian atau membangun opini di tengah kontestasi politik Pemilu 2024 dengan kepentingan elektoral juga sah-sah saja untuk dilakukan. Tapi, ia menekankan semua opini itu harus diuji dengan argumentasi, dengan fakta, dengan bukti. (Diah Dewi/balipost)