SEMARAPURA, BALIPOST.com – Kebakaran gunungan sampah kembali terjadi di TPA Jungutbatu, Kecamatan Nusa Penida, Kamis (18/1). Ini menjadi peristiwa ketiga kalinya dalam 6 bulan terakhir, areal seluas 1,2 hektar itu terbakar dan menimbulkan kepulan asap tebal.
TPA Jungutbatu pertama kali terbakar pada 25 Oktober 2023. Sedangkan peristiwa kedua kalinya terjadi pada 11 November 2023.
Upaya pemadaman kebakaran pada Kamis dilakukan Petugas Dinas LHP, BPBD, Polisi, TNI dan masyarakat sekitar. Namun, sama seperti dua peristiwa sebelumnya, upaya pemadaman api di areal TPA Jungutbatu tidak bisa dilakukan dengan cepat, karena terkendala sumber air.
Kepala Satpol PP dan Damkar Klungkung Dewa Putu Suwarbawa, mengatakan kebakaran areal TPA Jungutbatu terjadi sekitar pukul 11.00 WITA. Berdasarkan keterangan dari masyarakat sekitar, terbakarnya sampah di TPA diduga api bersumber dari tumpukan sampah di dalam TPA.
Petugas dan masyarakat yang berada di sekitar TPA berupaya melakukan upaya pemadaman. Namun karena keterbatasan alat dan tidak adanya sumber air, kobaran api saat ini belum bisa dipadamkan secara total.
Kobaran api sudah meluas sekitar 70 are, dan dikhawatirkan terus meluas ke seluruh areal TPA Jungutbatu. “Setiap kebakaran di areal TPA Jungutbatu, tidak bisa dilakukan pemadaman dengan cepat. Kendala sumber air disana terbatas, karena air laut di sekitarnya semakin surut dan peralatan minim,” katanya.
Suwarbawa mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan Perbekel Jungutbatu, untuk proses penanganan lebih lanjut. Perbekel Jungutbatu meminta bantuan satu buah mesin genset portable ke Satpol-PP Damkar, untuk mempercepat penanganan kebakaran di TKP.
Suwarbawa pun segera mengirimkan satu mesin portable melalui Fast Boat Sekarjaya untuk membantu penanganan di TKP. Selain itu, pihaknya juga mengirimkan kurang lebih 100 meter selang standar pemadam. “Sebelumnya di sana sudah siaga satu mesin genset portable pemadam, hibah dari Satpol-PP Damkar tahun 2019, semoga api segera dapat ditangani,” tegasnya.
Bendesa Adat Jungutbatu Ketut Gunaksa, mengaku sejak awal amat kecewa dengan pola penanganan seluruh pihak terkait dari pemerintah daerah. Kebakaran di TPA Jungutbatu sudah berulang kali terjadi, tetapi kendalanya selalu hal yang sama, yakni masalah air untuk pemadaman.
Ini juga berakibat pada lambatnya penanganan di lapangan. Padahal, bahaya asap dari arah TPA banyak dikeluhkan warga karena sangat terganggu dengan situasi ini. “Ini sudah kondisi darurat. Kebakarannya sudah sering terjadi. Penanganan tentu harus cepat. Namun kendalanya selalu sama, masalah ketersediaan air. Warga kami di sekitar TPA ini terus terganggu. Mereka sudah sulit bernapas,” jelas Gunaksa. (Bagiarta/balipost)