DENPASAR, BALIPOST.com – Menatap Bali ke depan, maka penopang ekonomi Bali harus menjadi fokus utama yang mesti dikerjakan. Pariwisata tak lagi bisa menjadi andalan Bali sebagai penopang ekonomi karena terbelit banyak masalah seperti sampah, kemacetan hingga tingginya kriminalitas. Ekonomi yang berbasis kerakyatanlah yang akan menghidupkan Bali dan masyarakatnya di masa depan.
Pengamat ekonomi Bali Viraguna Bagoes Oka, Kamis (18/1) mengatakan, ekonomi kerakyatan harusnya digunakan sebagai alternatif daya tahan ekonomi Bali di luar kepariwisataan. Hal itu diungkapkan karena mengamati keputusasaan melihat karut marutnya pengelolaan pariwisata Bali yang tak kunjung tuntas. Di antaranya amburadulnya penanganan sampah, macet, kriminal, banjir, wisatawan murahan hingga narkoba yang membuat Bali menjadi sorotan tajam belakangan ini.
Permasalahan-permasalahan tersebut dapat dirumuskan dari sekarang untuk mendapatkan kesepakatan dan komitmen masyarakat dan wakil rakyat (legislatif) untuk bisa diselesaikan. Selanjutnya merumuskan dengan berbagai pihak untuk mencapai ekonomi yang berbasis kerakyatan selain pariwisata.
Menurut Akademisi dari Universitas Udayana Prof. Wayan Suartana, dalam membangun ekonomi ke depannya harus memanfaatkan politik anggaran yang ekonomis, efektif dan efisien. Tentu anggaran itu terdiri dari dua pos yaitu pendapatan dan belanja.
Pada posisi pendapatan mengusahakan intensifikasi dan ekstensifikasi sesuai potensi yang dimiliki. Sektor pariwisata yang berkelanjutan menjadi keunikan utama dalam karakter pendapatan. Bali tetap bertumpu pada sektor pariwisata.
Untuk itu dibutuhkan usaha-usaha kreatif mempertahankan sektor ini sebagai lokomotif pertumbuhan dan efek penggandaan yang tetap kuat. Sementara sektor belanja semestinya menunjang atau memberikan insentif bagi pengembangan UMKM. (Citta Maya/balipost)