Masakan khas Jepang, Ramen. (BP/may)

DENPASAR, BALIPOST.com – Apa jadinya ramen, hidangan mie asal Jepang yang biasanya disajikan dengan daging, sayuran dan telur, dipadukan dengan sambal matah khas Bali? Bagi banyak orang, tentu agak sulit membayangkan rasa yang dihasilkan dari kombinasi kekhasan kondimen daerah Bali ini dengan ramen.

Penikmat ramen Kadek Rika Rianti (27) asal Sanur ditemui Jumat (19/) di RamenYa, juga mengaku ragu mencoba menu yang satu itu. Sebab, di benaknya tak terbayang bagaimana perpaduan rasa ramen yang gurih dengan sambal matah yang pedas dan pekat dengan bumbu Bali.

Baca juga:  Dituntut 7,5 Tahun, Rekanan Kasus Masker Divonis Bebas Hakim Tipikor

Setelah mencicipi, menurutnya, chef-nya cukup baik dalam memadukannya sehingga muncul keseimbangan rasa. Kekurangannya, Chicken Ramen Matah yang disantap itu dinilainya hanya menggunakan sedikit bawang dan sereh yang menjadi ciri khas sambal matah Bali.

“Mungkin supaya rasanya balance, yang dominan muncul dari sambal matahnya justru rasa pedas dari cabainya. Kalau rasa bawangnya kurang nendang, tapi mungkin itu cara chefnya supaya inovasi ramen ini dapat diterima lidah orang Indonesia,” katanya ditemui bersantap di salah satu mal di Badung, Jumat (19/1).

Penyuka ramen ini mengaku gemar makan di RamenYa  yang memilili sejumlah gerai di beberapa mal itu.

Baca juga:  Penambang Liar di Eks Galian C Kembali Beraksi

Dikonfirmasi soal menu yang memadukan kondimen lokal dengan kuliner khas Jepang itu, Marketing Manager RamenYA, Chintya Zahra, mengungkapkan  ramen yang disajikan tidaklah otentik Jepang namun disesuaikan dengan taste orang Indonesia. Misalnya penambahan rempah atau bumbu tertentu dalam inovasi menu yang dihadirkan.

Di Bali, salah satu upaya penyesuaian tersebut dengan memperkenalkan ramen sambal matah. Berbagai inovasi rasa yang diciptakan tersebut cukup diminati dan mampu menarik keingintahuan para pecinta masakan Jepang, terutama mereka yang berusia 20 tahun ke atas.

Baca juga:  Kematian Warga di Bali Akibat COVID-19 Bertambah Banyak, Dua Zona Merah Sumbang 2 Digit

“Yang membedakan tentu saja dari sisi rasanya. Meski kami otentik Jepang tapi kami juga menyesuaikan dengan lidah orang Indonesia sehingga tidak eneg. Ramen kuah saja dimasak selama 12 jam agar memiliki rasa sesuai taste orang Indonesia, kuahnya juga mengandung kolagen, sehingga sehat untuk kulit,” jelasnya.

Diakuinya, pecinta Ramen di Indonesia terus tumbuh dan menyebar di seluruh Indonesia. Di Bali pun, penikmat ramen membuat banyak bermunculannya gerai ramen. Di Bali saja, ia mengaku memiliki 4 gerai karena tingginya antusiasme masyarakat dalam menyantap hidangan khas Jepang ini. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN