Cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar menyampaikan pandangannya saat Debat Keempat Pilpres 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Minggu (21/1/2024). Debat Keempat Pilpres 2024 mengangkat tema terkait pembangunan berkelanjutan, sumber daya alam, lingkungan hidup, energi, pangan, agraria, masyarakat adat dan desa. (BP/Antara)

JAKARTA, BALIPOST.com – Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut satu, Muhaimin Iskandar menilai perlu langkah ekstra untuk menangani krisis iklim yang terjadi di Indonesia.

Muhaimin mengatakan hal itu setelah debat Cawapres Pilpres 2024 di JCC Senayan, Jakarta, Minggu (21/1).

Dikutip dari Kantor Berita Antara, ia menyebutkan harus ada langkah extraordinary agar bencana iklim, kerusakan lingkungan, bencana longsor di mana-mana tidak terus menghampiri.

Baca juga:  54 KK Miskin di Klungkung Disasar "One Man One Hope"

Muhaimin menuturkan pemerintah perlu mengambil langkah antisipatif agar bencana bisa diprediksi sehingga tidak menimbulkan akibat yang berdampak besar.

Menurut dia, debat kali ini sudah sesuai dengan substansi yang disampaikan sehingga dia yakin perlu adanya langkah ekstra untuk menangani kerusakan lingkungan.

Maka dari itu, dia mengajak masyarakat untuk memiliki pandangan serius untuk menangani krisis iklim yang nyata terjadi.

“Tinggal rakyat menilai, saya sungguh merasa krisis iklim sudah dalam level tidak boleh dianggap biasa-biasa saja,” tuturnya.

Baca juga:  #SemangatSalingBantu, Grup Astra Bali Salurkan 500 Paket Sembako dan Sukseskan Vaksinasi

KPU telah menetapkan tiga pasangan capres-cawapres peserta Pilpres 2024 yakni Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dengan nomor urut 1, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka nomor urut 2, dan Ganjar Pranowo-Mahfud Md nomor urut 3.

Selepas debat pertama pada 12 Desember 2023, debat kedua pada 22 Desember 2023, dan debat ketiga pada 7 Januari 2024, KPU menggelar debat keempat yang mempertemukan para cawapres.

Tema debat keempat meliputi energi, sumber daya alam (SDA), pangan, pajak karbon, lingkungan hidup, agraria, dan masyarakat adat. (kmb/balipost)

Baca juga:  Problem Migrasi Iklim
BAGIKAN