NEGARA, BALIPOST.com – Desa Adat Gilimanuk, Kecamatan Melaya menggelar upacara pangabenan Kinembulan Kusa Pranawa.

Uniknya pangabenan kolektif ini juga menyertakan manusia purba yang ada di Gilimanuk.

Keberadaan kerangka manusia purba di Museum Purbakala Gilimanuk ini menjadi perhatian Bupati Jembrana I Nengah Tamba.

Manusia purba dianggap sebagai leluhur masyarakat Jembrana sehingga menurutnya perlu dilakukan upacara pangabenan.

Diinisiasi Bupati Jembrana I Nengah Tamba bersama Majelis Alit dan seluruh Bendesa Adat se-Kecamatan Melaya melaksanakan rapat pembahasan mengenai upacara pengabenan untuk manusia purba.

Baca juga:  Langgar Izin, Pabrik dan Villa Disegel

Disepakati, upacara pangabenan yang dilakukan adalah Kusa Pranawa yaitu upacara pangabenan dengan menggunakan sarana pengawak daun alang-alang yang merupakan simbolis badan manusia.

Kusa Pranawa sendiri umumnya dilaksanakan oleh Umat Hindu untuk prosesi pangabenan bagi jenazah yang telah dikubur atau karena hanyut maupun jenazah yang tidak ditemukan.

Karena kerangka manusia purba sangat penting dalam arkeologi, maka dilakukan ngaben Kusa Pranawa tersebut.

Bendesa Gilimanuk, I Nengah Naya yang juga Ketua Panitia pangabenan mengatakan upacara ngaben Kusa Pranawa puncak jatuh pada 1 Februari 2024.

Baca juga:  Desa Adat Kerta Gelar Upacara Mendem Padagingan di Pura Desa

Kusa pranawa ini sebagai wujud penyucian terhadap manusia purba sebagai leluhur masyarakat Jembrana.

Rangkaian prosesi pengabenan akan dimulai pada tanggal 26 Januari hingga 3 Februari 2024 yang puncak acaranya berlangsung pada tanggal 1 Februari 2024.

Sementara itu, Bupati Jembrana I Nengah Tamba mengatakan pelaksanaan upacara pengabenan ini dikarenakan kerangka manusia prasejarah yang berada di museum Purbakala Gilimanuk belum pernah di upacara atau disucikan.

Ini juga diikuti oleh masyarakat adat yang ada di Kecamatan Melaya, karena sifatnya kolektif.

Baca juga:  Desa Adat Kubu Rutin Gelar "Macaru Banteng"

Hingga saat ini, peserta dari masyarakat diluar dari manusia prasejarah, untuk mamungkah sebanyak 3, mamukur sebanyak 12 dan ngelungah sebanyak 18.

Bupati Tamba mengatakan manusia prasejarah dari rekam jejak yang ada di Gilimanuk ternyata prosesi pengabenan atau penyucian ini belum pernah dilaksanakan.

Pengabenan ini melibatkan seluruh jajaran desa adat se-Kecamatan Melaya untuk ikut bergotong-royong melaksanakan upacara pengabenan. (Surya Dharma/balipost)

Simak selengkapnya di video

BAGIKAN