BANGLI, BALIPOST.com –  Tumpek Wariga dirayakan oleh umat Hindu di Bali setiap enam bulan sekali yakni pada Saniscara Kliwon Wuku Wariga.

Desa Adat Bebalang di Kecamatan Bangli memaknai tumpek wariga atau yang disebut juga dengan tumpek uduh sebagai hari kasih sayang terhadap tumbuh-tumbuhan karena telah memberikan penghidupan bagi manusia.

Pada Tumpek Wariga yang jatuh pada Sabtu (3/2), Desa Adat Bebalang merayakannya secara sekala dan niskala.

Baca juga:  Lestarikan Budaya Papua, Kemenpar Dukung Festival Budaya Keerom Sasar Crossborder

Secara niskala, Desa Adat Bebalang merayakan tumpek wariga dengan melaksanakan persembahyangan bersama di Pura Bale Agung desa adat setempat. Sedangkan perayaan secara sekala dilaksanakan dengan penanaman pohon.

Namun karena hujan, penanaman pohonnya diundur dan rencananya dilaksanakan saat kegiatan gotong-royong.

Lokasi yang rencananya dipilih untuk kegiatan penanaman pohon yakni di depan Pura Dalem desa adat setempat.

Pohon yang akan ditanam antara lain pohon bunga pucuk bang, sandat dan cempaka. Tujuan penanaman pohon untuk menjaga kelestarian alam.

Baca juga:  Saat Pawai Ogoh-ogoh, Pasikian Pecalang Bali Ajak Yowana Jaga Keamanan dan Taati Prokes

Menurut Bendesa Adat Bebalang, Sang Putu Suteja, perayaan Tumpek Wariga merupakan salah satu bentuk penghormatan dan pemuliaan terhadap tumbuh-tumbuhan karena telah memberikan penghidupan kepada manusia.

Selain Tumpek Wariga, Desa Adat Bebalang selama ini juga rutin merayakan Tumpek Uye. Tumpek Uye dimaknai sebagai hari kasih sayang manusia terhadap hewan.

Adapun kegiatan sekala yang dilaksanakan Desa Adat Bebalang saat perayaan Tumpek Uye yakni pelepasan burung ke alam liar. Jenis burung yang dilepas adalah titiran dan dara. (Dayu Swasrina/balipost)

Baca juga:  Desa Adat Dalem Setra Batununggul Gelar “Palebon Masa Kinembulan”

Simak selengkapnya di video

BAGIKAN