AMLAPURA, BALIPOST.com – Desa Adat Selat, Karangasem memiliki banyak tradisi yang masih dilestarikan hingga saat ini. Pada Kamis 8 Februari lalu, Desa Adat Selat kembali melaksanakan kegiatan Siat Sarang yang diikuti anak muda desa adat setempat. Tradisi ini rutin dilaksanakan setiap tahun menjelang upacara Usaba Dimel.

Kelian Ngukuhin Desa Adat Selat, Jero Mangku Wayan Gede Mustika mengungkapkan ritual atau tradisi Siat Sarang merupakan rangkaian aci petabuhan yang bermakna sebagai pecaruan atau nyomia Bhuana Agung dan Alit.

Baca juga:  Banjar Tampakgangsul Gelar Karya “Ngenteg Linggih”

Siat Sarang ini diperuntukkan khusus untuk nyomia Bhuana Alit. Krama yang secara tulus sadar memerangi mengendalikan hawa nafsu yang menyerupai perilaku bhuta kala agar mampu dikendalikan supaya betul-betul menjadi pikiran tulus suci menyambut upacara Usaba Dimel tiga hari mendatang.

Mustika mengatakan inti dari tradisi Siat Sarang tersebut adalah pengendalian diri, sarang yang dilempar memiliki makna melepas hawa nafsu yang ada di dalam hati serta melepas perilaku Sad Ripu yang ada dalam diri masing masing sehingga pada saat upacara usaba sudah betul betul somia.

Baca juga:  Kimia Farma Berbagi Kasih dengan Pengungsi Gunung Agung

Untuk sarang yang dipergunakan dalam tradisi ini merupakan sarang yang sebelum sudah dipergunakan sebagai alas membuat jajan yang akan dihaturkan saat usaba.

Sebelum dipergunakan, Sarang tersebut terlebih dulu di upacarai. Siat Sarang ini merupakan rangkaian upacara dimel.

Aci ini merupakan aci kesejahteraan bagi Desa Adat Selat, sebagai wujud syukur kepada Ida Bhatara, karena telah diberikan hasil panen yang melimpah yang diraih oleh krama. Upacara ini dilaksanakan supaya krama mengaturkan rasa angayu bagia kepada leluhur. (Eka Parananda/balipost)

Baca juga:  Desa Payangan Maksimalkan Potensi Jambu Kristal Jadi Agrowisata
BAGIKAN