Beberapa warga membeli kebutuhannya di Pasar Sanglah, Denpasar. Kinerja penjualan eceran di Provinsi Bali pada Januari 2024 diprakirakan meningkat dibandingkan periode sebelumnya. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Kinerja penjualan eceran di Provinsi Bali pada Januari 2024 diprakirakan meningkat dibandingkan periode sebelumnya. Hal ini tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Bali pada Januari 2024 yang diprakirakan sebesar 109,4 atau secara bulanan meningkat 0,6% (mtm) dibandingkan dengan periode Desember 2023 yang tercatat sebesar 108,7.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Bali Erwin Soeriadimadja, Jumat (23/2), mengatakan, tren peningkatan kinerja penjualan eceran di Bali terus terjadi dalam 11 bulan terakhir seiring membaiknya kondisi perekonomian di Bali. Hal ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi Bali sepanjang tahun 2023 yang mencapai 5,71% (yoy) atau menduduki peringkat ke-6 tertinggi dibandingkan provinsi lainnya di Indonesia.

Kenaikan indeks penjualan eceran di Bali juga dipengaruhi juga upaya untuk menjaga kestabilan harga barang dan jasa yang dilaksanakan secara konsisten dan berkelanjutan oleh pemerintah daerah bersama Bank Indonesia.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Januari 2024, Provinsi Bali tercatat mengalami deflasi (penurunan harga) sebesar 0,09% (mtm). Secara tahunan, Provinsi Bali mengalami inflasi sebesar 2,61% (yoy) atau tetap berada pada kisaran sasaran inflasi tahun 2024, yaitu 2,5±1% (yoy).

Baca juga:  Operasi Zebra Sasar WNA

Erwin menambahkan bahwa meningkatnya penjualan eceran di Bali pada Januari 2024 didorong oleh kenaikan pada sebagian besar kelompok barang terutama sub kelompok sandang sebesar 8,0% (mtm), kelompok barang lainnya sebesar 4,8% (mtm), dan kelompok suku cadang dan aksesoris sebesar 3,8% (mtm).

Namun demikian, terdapat satu kelompok barang yang mengalami kontraksi yaitu kelompok barang peralatan informasi dan komunikasi sebesar 2,4% (mtm). Lebih lanjut, Erwin menyampaikan bahwa pertumbuhan IPR Bali pada periode laporan lebih baik dibandingkan dengan IPR Nasional yang diprakirakan terkontraksi sebesar 1,0% (mtm) yakni dari 218,1 pada Desember 2023 menjadi 216,0 pada Januari 2024.

Sementara, hasil survei BI pada Januari 2024 BI tercatat optimisme keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi di Provinsi Bali menurun, dari 141,1 pada Desember 2023 menjadi 138,6. Meski demikian, optimisme keyakinan konsumen di Bali pada Januari 2024 terjaga ditopang oleh Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang tercatat berada pada area optimis, yakni masing – masing sebesar 134,3 dan 142,8.

Baca juga:  Ekonomi Syariah Solusi Atasi Kesenjangan Sosial

Kondisi IKE tersebut dipengaruhi oleh beberapa komponen pembentuk IKE, yaitu penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu tercatat sebesar 130,5, ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu tercatat sebesar 146,0 dan konsumsi barang-barang kebutuhan tahan lama saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu sebesar 126,5.

Kondisi IKE Bali tersebut juga lebih tinggi dibandingkan IKE Nasional yang berada pada kondisi optimis sebesar 115,6. Erwin menambahkan bahwa ekspektasi konsumen Bali terhadap kondisi ekonomi ke depan berada pada kondisi optimis dengan indeks sebesar 142,8 di bulan Januari 2024.

Optimisnya kinerja IEK di Provinsi Bali saat ini dipengaruhi oleh beberapa komponen pembentuk IEK yang tetap terjaga pada area optimis yaitu Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha 6 Bulan Mendatang sebesar 149,5, Indeks Ekspektasi Penghasilan 6 Bulan Mendatang sebesar 139,0 dan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja 6 Bulan Mendatang sebesar 140,0.

Baca juga:  Bali Post Raih Penghargaan dari BI

Kondisi IEK Bali sejalan dengan kondisi IEK Nasional yang tetap terjaga pada area optimis sebesar 134,5 pada periode Januari 2024. Optimisme konsumen yang tetap terjaga menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Galungan, Kuningan, Nyepi, puasa Ramadhan, dan Idul Fitri pada Februari dan Maret 2024 akan membuka peluang mendorong pertumbuhan ekonomi Bali yang lebih kuat dan perlu diiringi dengan langkah intensif dalam pengendalian inflasi.

Untuk itu, Bank Indonesia bersama Pemerintah Provinsi Bali melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota se-Bali telah berkoordinasi erat guna mengawal terjaganya stabilitas pasokan dan harga komoditas pangan untuk menjaga daya beli masyarakat dan memastikan tingkat inflasi tetap dalam rentang kisaran target. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN