Suasana penghitungan suara Pemilu 2024 di Kecamatan Bajarangkan, Klungkung. (BP/Istimewa)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – KPU Klungkung sudah merampungkan hasil pleno di seluruh PPK. Seluruh logistik Pemilu 2024 pun kembali diangkut ke Gudang KPU Klungkung.

Hasil pleno pada PPK akan dilanjutkan dengan pleno kabupaten oleh KPU Klungkung pada 5 Maret 2024 nanti. Namun, dalam pleno di tingkat PPK ini, saksi Pilpres dari Paslon nomor urut 03 Ganjar-Mahfud, kompak menolak menandatangani hasil pleno.

Kondisi demikian disampaikan Ketua KPU Klungkung I Ketut Sudiana saat ditemui, Senin (26/2). Dia menyampaikan sikap yang diambil seluruh saksi Paslon 03 itu, sebagai bentuk penolakan terhadap hasil penghitungan suara yang diplenokan di tingkat PPK.

Baca juga:  Pilgub Bali 2024, Dua Nama Ini Kandidat Kuat Dampingi Koster

Meski terjadi penolakan melakukan tanda tangan pada hasil pleno di PPK, Sudiana menegaskan hal itu tidak mempengaruhi hasil penghitungan maupun hasil pleno. Proses pleno yang dilakukan di tingkat PPK, tetap sah dan sesuai dengan ketentuan aturan.

Sudiana menambahkan proses pleno yang dilakukan di empat kecamatan telah berjalan dengan lancar. Termasuk di daerah kepuluauan Nusa Penida.

Bahkan, tingkat partisipasi pemilih dalam Pemilu 2024 ini juga tergolong tinggi, yakni mencapai di atas 84 persen, lebih tinggi dari target KPU Klungkung sekitar 83 persen. Tingkat partisipasi pemilih ini meningkat dari Pemilu 2019, dimana tingkat partisipasi pemilihnya hanya sekitar 82,7 persen.

Baca juga:  Avanza Seruduk CR-V Sampai Ringsek

Beda dengan tingkat partisipasi pemilih, Sudiana juga mengungkapkan tingkat keterpilihan caleg perempuan dalam Pemilu 2024 masih minim. Sesuai dengan hasil pleno, caleg perempuan yang lolos ke DPRD Klungkung diketahui ada tiga orang, semuanya dari PDIP.

Mereka tersebar di Kecamatan Nusa Penida atas nama Ni Ketut Suwerni, Kecamatan Klungkung atas nama Ni Ketut Sukarni dan Kecamatan Dawan atas nama Ni Wayan Sukarmi.

Baca juga:  Gempa 7,0 SR Kembali Mengguncang

Sementara di Kecamatan Banjarangkan, tidak ada caleg perempuan yang lolos. Menurut Sudiana, kondisi itu disebabkan kurangnya caleg melakukan sosialisasi, untuk menarik minat masyarakat dalam menentukan pilihan. (Bagiarta/balipost)

BAGIKAN