JAKARTA, BALIPOST.com – Publikasi jurnal di Indonesia memang sangat banyak. Namun, mayoritas masih abal-abal atau tidak berkualitas. Hal ini disampaikan Plt Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi Kemendikbudristek, Nizam, Kamis (29/2).
“Beberapa kali kita mendapatkan unggahan di media sosial yang mem-bully kita semua karena publikasi Indonesia meski banyak tapi abal-abal. Jurnalnya tidak jelas, jurnal predator,” katanya dalam acara Indonesia Research Summit-Editage di Jakarta, dikutip dari Kantor Berita Antara.
Nizam menjelaskan penelitian menjadi bagian penting bagi Tri Dharma Perguruan Tinggi dan merupakan salah satu tugas dosen yang utama selain mengajar.
Ia menuturkan jumlah publikasi Indonesia yang diedarkan oleh perguruan tinggi saat ini luar biasa banyaknya, bahkan melejit dibandingkan negara-negara lain terutama di Asia.
Di sisi lain, ia mengatakan kualitas dari publikasi tersebut masih sangat perlu ditingkatkan karena banyak yang tidak memenuhi standar.
Bahkan beberapa waktu lalu kualitas publikasi Indonesia yang rendah sempat menjadi perbincangan hangat di sosial media.
Oleh sebab itu, Nizam meminta agar para dosen, mahasiswa, dan peneliti dapat meningkatkan kualitas publikasi ini dengan cara salah satunya adalah memilih dengan hati-hati jurnal yang akan menjadi tempat publikasi.
“Makanya sangat penting untuk kita memastikan bahwa jurnal tempat kita publikasi betul-betul berkualitas. Bukan abal-abal dan bukan predator,” ujarnya.
Para dosen, mahasiswa, dan peneliti harus mempublikasikan ke jurnal yang bereputasi baik meskipun untuk bisa lolos dan terbit di jurnal tersebut memang tidak mudah.
Ia mengingatkan hal tersebut harus dilakukan karena akan memberi pengaruh terhadap reputasi perguruan tinggi dan dosen Indonesia di kancah global.
“Publikasikan di jurnal yang bereputasi meski tidak mudah tapi ini harus kita lakukan agar reputasi perguruan tinggi dan dosen Indonesia bisa terus kita tingkatkan di kancah global,” kata Nizam. (kmb/balipost)