Ketua PHDI Provinsi Bali, I Nyoman Kenak. (BP/kmb)

DENPASAR, BALIPOST.com – Umat Hindu se-Dharma telah melaksanakan perayaan Hari Suci Nyepi Tahun Baru Çaka 1946 pada 11 Maret 2024. Secara umum, seluruh rangkaian Hari Suci Nyepi telah berjalan dengan baik dan lancar. Bahkan, konflik dan pelanggaran Catur Brata Panyepian yang terjadi jauh berkurang dibandingkan perayaan Hari Suci Nyepi tahun sebelumnya.

Ketua PHDI Provinsi Bali, I Nyoman Kenak, dalam Dialog Merah Putih Bali Era Baru “Evaluasi Pelaksanaan Nyepi Tahun Çaka 1946”, di Warung Bali Coffee 63 A Denpasar, Rabu (13/3) mengaku bersyukur karena pelaksanaan Hari Suci Nyepi Tahun Çaka 1946 tahun 2024 ini telah berjalan sesuai dengan harapan. Sebab, secara umum pelaksanaan Hari Suci Nyepi Tahun 2024 ini telah berjalan dengan luar biasa. Mulai dari melasti dilakukan secara tertib, Tawur Agung Kasanga dari tingkat keluarga hingga tingkat nasional berjalan sesuai dengan harapan.

Begitu juga pelaksanaan upacara Pangerupukan berjalan dengan lancar meskipun di sejumlah wilayah di Bali diguyur hujan dan ada beberapa gesekan konflik. Lancarnya pelaksanaan Nyepi tahun ini tidak terlepas dari peran semua pihak. Mulai dari komponen desa adat, anak muda, dan pihak terkait lainnya.

Baca juga:  UU Provinsi Bali, Pintu Pembangunan Secara Tematik

Terkait konflik yang terjadi saat Pangerupkan, menurut Kenak hal tersebut telah diselesaikan dengan persuasif oleh pihak terkait. Sehingga, konflik yang terjadi tidak berkepenjangan dan tidak mengganggu jalannya rangkaian Hari Suci Nyepi. Sehingga, Catur Brata Panyepian saat Hari Suci Nyepi telah dilaksanakan dengan taat dan khusyuk oleh seluruh umah Hindu. Meskipun masih ada pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh wisatawan dan krama tamiu.

“Konflik-konflik yang terjadi pada Nyepi tahun ini termasuk minim  dibandingkan Nyepi sebelumnya. Kita merasa bersyukur, walaupun ada satu dua (konflik dan pelanggaran, red) hal yang biasa, namanya Bali yang begitu kompleknya penduduk tidak mungkin 100 persen kita meredam konflik. Tapi yang pasti adalah konflik itu sudah jauh sekali berkurang dari Nyepi tahun-tahun sebelumnya,” tandas Nyoman Kenak.

Hal senada juga dikatakan Ketua Sabha Upadesa Kota Denpasar, I Wayan Butu  Antara, M.Si. Dikatakan, meskipun penduduk Kota Denpasar heterogen namun pelaksanaan Hari Suci Nyepi telah berjalan sesuai dengan aturan dan ketentuan sastra yang diberikan oleh PHDI. Dimana, Majelis Desa Adat (MDA) Kota Denpasar telah mengoordinasikan pendoman sastra tersebut dengan seluruh bendesa adat yang ada di Kota Denpasar yang jumlahnya sebanyak 35 desa adat. Sehingga, Nyepi dalam kerangka sradha dan dharma negara telah berjalan sesuai dengan ketentuan.

Baca juga:  Bali Perlu “Sipeng” Wisata Mendaki Gunung Cegah Kerusakan “Sekala-Niskala”

Selain itu, Kota Denpasar telah membuat kesepakatan bersama antara MDA Kota Denpasar dengan Sabha Upadesa Kota Denpasar mengenai tata cara untuk menjaga tata terbit keamanan petunjuk tentang pelaksanaan Hari Suci Nyepi yang bertepatan dengan Hari Pertama Bulan Puasa. Begitu juga FKUB Kota Denpasar juga telah ikut memberikan edaran tentang tata cara tersebut, sehingga kedua kegiatan agama ini bisa berjalan sesuai sastra dan petunjuk desa, kala, patra di desa adat masing-masing.

Dikatakan, di dalam kesepakatan bersama telah diatur apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, serta ala yang wajib dilaksanakan. Termasuk di dalam Pangerupukan juga sudah diimbau agar sebaiknya menggunakan iringan-iringan yang nuansa tradisi (gong). Namun, masih ada yang menggunakan iringan sound system. “Mungkin ini ke depan kita lebih sering lagi ada konsolidasi dan koordinasi, kebetulan juga Sabha Upadesa Kota Denpasar ada 4 unsur di dalamnya, yakni unsur bendesa, unsur kades/lurah, unsur bendega, dan unsur pekaseh/subak. Ini kita satukan sehingga bisa harmonisasi dalam melakukan swadharma agama termasuk juga sosialisasi kepad masyarakat,” tegasnya.

Baca juga:  Presiden : Jangan Judi, Jangan Judi, Jangan Berjudi

Guru Agama Hindu SMAN 9 Denpasar, I Wayan Saputra, S.Pd., M.Pd., mengakui bahwa pelaksanaan Nyepi kali ini telah berjalan lebih baik dari sebelumnya. Dikatakan, lancarnya pelaksanaan Nyepi tahun 2024 ini juga berkat dukungan dari generasi muda, termasuk Gen Z. Dimana, Gen Z telah melaksanakan segala ketentuan Nyepi dengan baik. Hal ini berkat berbagai pendekatan telah diberikan kepada Gen Z di sekolah terkait makna dari Hari Suci Nyepi agar tidak melenceng dari esensi Nyepi yang adat. Terutama bagaimana menaati Catur Brata Panyepian yang sudah menjadi ketentuan secara tradisi dalam Nyepi.

Dikatakan, pendekatan yang bisa dilakukan kepada Gen Z harus disesuaikan dengan perkembangan pada zaman mereka, yaitu dengan pendekatan berbasis teknologi. Bagaimana mengedukasi mereka dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi, sehingga mereka tertarik dan melaksanakan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan pada saat Nyepi. (Ketut Winata/balipost)

 

BAGIKAN