DENPASAR, BALIPOST.com – Faktor kerukunan dan keamanan sangat mempengaruhi pariwisata Bali. Maka, menjaga kerukunan dan keamanan harus dilakukan semua elemen masyarakat, tak terkecuali semua umat dari berbagai agama. Demikian disampaikan Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Bali Ida Pangelingsir Agung Putra Sukahet, saat pelantikan pengurus Permabudhi Bali 2024-2028, pada Kamis (14/3) di Denpasar.
Ia mengajak agar bersama-sama menjaga Bali dengan segala identitas dan karakteristiknya. Serta menjaga dan menghormati budaya, adat istiadat setempat. “Mari jaga kerukuran dan toleransi, persaudaraan di Bali. Itu sumbangsih yang bisa Permabudhi berikan kalau berhasil di dalam menjaga, merawat NKRI, merawat mengamalkan Pancasila,” ujarnya.
Sukahet mengutarakan Bali terkenal karena kerukunan, ajegnya budaya dan adat, alam serta desa adat yang harus dipelihara dan perbaiki bersama-sama. “Bali sangat bergantung pada kerukunan, karena kerukunan baik bagi Bali maupun Indonesia itu akan membuat kedamaian, keamanan sehingga presiden, gubernur, menteri, bupati, wali kota bisa membangun lebih baik,” ujarnya.
Maka dari itu ia mengajak Permabudhi menjaga dan merawat kerukunan. Yang sudah rukun, tinggal melanjutkan menjaga dan meningkatkan. “Kalau ada perbedaan mari selesaikan dengan dialog, musyawarah. Dengan kesabaran pasti akan selesai,” tandasnya.
Menanggapi ajakan Ketua FKUB Bali, Ketua Permabudhi Bali Hery Sudiarto mengatakan pihaknya harus membawa pesan-pesan perdamaian, kerukunan, hidup harmonis tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras, antargolongan, termasuk di dalamnya agama Buddha sendiri, tidak membeda-bedakan sekte, tata cara, puja kebaktian maupun lainnya. “Pesan-pesan perdamaian, persatuan harus kita gaungkan dan diwujudkan bersama-sama dalam bentuk perilaku nyata,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Bali I Gusti Ngurah Wiryanata mengatakan, kepengurusan organisasi masyarakat khususnya umat Buddha yaitu Permabudhi bisa mewarnai Bali untuk menjaga keharmonisan dalam keberagaman. Selain itu, dapat menjadi garda terdepan untuk menolak, mengantisipasi gerakan intoleransi dan radikalisme serta selalu menjaga Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan Undang-Undang 1945.
“Jadi, kita bersama-sama dengan elemen bangsa lainnya bekerja untuk merawat kemajemukan supaya tetap lestari, tidak tercabik-cabik karena adanya perbedaan. Jadikan perbedaan sebagai kekuatan untuk membangun Indonesia secara umum dan khususnya membangun Bali yang kita cintai,” ujarnya.
Ditambahkan, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara yang datang ke Bali pada 2023 sudah mendekati tahun 2019 (sebelum Pandemi COVID-19). Di 2023, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 5,3 juta orang, sedangkan di 2019 mencapai 6,2 juta orang. Sementara, wisatawan nusantara berjumlah 9,8 juta orang di 2023, hampir mendekati jumlah kunjungan pada 2019 sebanyak 10,5 juta orang.
Walaupun jumlah kunjungan wisatawan di 2023 masih di bawah 2019, namun pertumbuhan ekonomi Bali pada 2023 sebesar 5,71% lebih tinggi dari pada 2019 sebesar 5,6%. Kunjungan wisatawan yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi itu tak terlepas dari kondusifnya kondisi di Bali dengan terjalinnya kerukunan dan hidup harmonis. (Citta Maya/balipost)