Sejumlah bahan-bahan upacara Hindu tertata rapi siap dipasarkan. Pedagang perlengkapan upacara keagamaan ini merupakan sasaran program KUR di Bali. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan sektor yang tahan terhadap berbagai terpaan krisis. Bertahannya sektor ini dari berbagai tantangan kembali dibuktikan saat pandemi COVID-19 menerjang Bali.

Bali yang bertumpu pada pariwisata sangat terpuruk akibat pandemi. Namun pemulihannya relatif cepat, seperti disampaikan Pengamat Ekonomi Prof. Wayan Ramantha, Jumat (15/3). Guru Besar Ekonomi Universitas Udayana ini mengutarakan tren pertumbuhan UMKM ini selayaknya mendapat dorongan berbagai pihak untuk menggerakkan dunia usaha.

Keberadaan kredit usaha rakyat (KUR) dinilai mampu menggenjot kinerja UMKM Bali sebab targetnya mereka yang produktif dan layak namun belum memiliki agunan tambahan atau agunan tambahan belum cukup.

Terlebih sejak 2023, dalam rangka meningkatkan debitur KUR yang bergraduasi dan mendorong perluasan akses pembiayaan bagi UMKM dengan penyaluran KUR kepada calon debitur baru, pemerintah telah menerapkan suku bunga berjenjang bagi debitur KUR berulang. Selain itu, pemerintah juga telah menyiapkan perubahan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian tentang Pedoman Pelaksanaan KUR Tahun 2024. Salah satu kebijakan yang siap diimplementasikan adalah akses KUR Mikro berulang untuk petani dengan luas lahan olahan terbatas yakni paling banyak 20.000 m2.

Baca juga:  Puri Anyar Kerambitan

Insentif kepada petani kecil penerima KUR tersebut diberikan dengan pemberian pengecualian dari ketentuan pembatasan akses KUR Mikro (plafon KUR Rp10 juta sampai dengan Rp100 juta) serta pengenaan suku bunga KUR Mikro yang tetap sebesar 6 persen. Hal ini guna meningkatkan kesejahteraan petani, dengan membantu memberikan akses pembiayaan murah sehingga tidak membebani mereka dalam penyiapan modal kerja untuk dapat berproduksi.

Berdasarkan data dari Dinas Koperasi dan UMKM Povinsi Bali, jumlah UMKM di Bali meningkat pesat selama lima tahun terakhir. Dari semula 13.042 UMKM di 2019 menjadi 442.848 UMKM pada 2023. UMKM di sektor formal sebanyak 107.656 (24,31 persen) dan sektor informal sebanyak 335.192 (75,69 persen).

Sementara untuk penyaluran KUR, data dari Sistem Informasi Kredit Program (SIKP), realisasi KUR di Bali pada 2023 mencapai 8,843 triliun untuk 122.366 debitur. Penyaluran KUR didominasi skema mikro dengan jumlah Rp4,974 triliun untuk 92.368 debitur.

Baca juga:  Wujudkan Champion of Financial Inclusion, BRI Terapkan ESG di Pembiayaan UMKM

Diakui salah satu debitur KUR BRI, I Gusti Ngurah Sumajaya, keberadaan KUR sangat membantu usahanya berkembang. Pria yang meneruskan usaha bengkel orangtuanya ini mengaku sudah tiga kali meminjam lewat KUR.

Ditemui di lokasi usahanya di Sempidi, Badung, ia menilai lewat KUR, usahanya diperluas dari service motor menjadi penjualan sparepart motor. Setelah mendapatkan tambahan modal lewat KUR, ia mengaku omzetnya bertambah sekitar 60 persen, dengan kisaran per bulan di angka 3-4 juta. Ia pun berharap KUR yang menawarkan bunga rendah dan tanpa agunan ini bisa terus berlanjut.

Senada disampaikan I Nyoman Pantia. Debitur KUR BRI yang merupakan pedagang perlengkapan upacara Hindu ini mengaku pinjaman sebesar Rp25 juta sangat bermanfaat untuk menambah modal usaha. Usaha warung dimulai sejak 2004 ini mampu menghasilkan omzet Rp3 juta per bulan. “Kalau ada odalan maupun hari raya, seperti Galungan dan Kuningan, penjualan alat-alat upakara akan lebih tinggi,” ujarnya.

Baca juga:  Purnama Besok, Sulinggih Diminta Tambah Doa Ini saat Surya Sewana

Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI telah menargetkan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp300 triliun di 2024. Sebagai bank dengan portofolio UMKM terbesar di Indonesia, BRI mendapatkan alokasi KUR terbesar dengan nilai Rp165 triliun. Angka itu tercatat lebih rendah dibandingkan target 2023 sebesar Rp194,4 triliun.

Direktur Bisnis Mikro, BRI Supari mengungkapkan, pihaknya berkomitmen memenuhi target mengingat saat ini BRI sudah memiliki infrastruktur yang memadai serta sumber pertumbuhan baru melalui Ekosistem Ultra Mikro (UMi) bersama Pegadaian dan PNM.
“Dari sisi infrastruktur, saat ini BRI telah memiliki BRISPOT yang terus dioptimalisasikan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pekerjaan tenaga pemasar (mantri). Selain itu kami juga akan mengoptimalkan potensi dari ekosistem model bisnis baru seperti PARI dan Localoka,” kata Supari dikutip dari keterangan tertulisnya.

Pada 2023 lalu, BRI berhasil menyalurkan KUR senilai Rp163,3 triliun kepada 3,5 juta debitur. Mayoritas penyaluran KUR BRI disalurkan untuk sektor produksi dengan proporsi mencapai 57,38 persen. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN