DENPASAR, BALIPOST.com – Kasus nyamuk deman berdarah dengue (DBD) di Bali sepanjang tahun 2024 mengalami tren kenaikan. Tercatat hingga 18 Maret 2024, kasus DBD di Bali mencapai 2.131 penderita.
Jumlah ini tersebar di seluruh wilayah di Bali. Bahkan, 1 orang dinyatakan meninggal dunia akibat DBD.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, I Nyoman Gede Anom, mengungkapkan bahwa meningkatkan kasus DBD di Bali disebabkan karena hujan mulai tinggi di Bali, sehingga nyamuk DBD mulai banyak berkembang biak. Tercatat hingga 18 Maret 2024 sebanyak 2.131 orang telah terjangkit DBD. Satu orang diantaranya meninggal dunia yang terjadi di Kabupaten Gianyar.
Secara rinci, Anom mengungkapkan bahwa kasus DBD selama 3 bulan terakhir (dari Januari hingga 18 Maret 2024) terbanyak terjadi di Kabupaten Gianyar yang jumlahnya telah mencapai 676 orang. Dan 1 orang meninggal pada bulan Maret 2024 ini.
Kasus terbanyak selanjutnya terjadi di Kabupaten Badung yang mencapai 321 orang. Disusul Kabupaten Tabanan sebanyak 276 orang. Kemudian Kabupaten Buleleng sebanyak 242 orang. Disusul Kabupaten Klungkung sebanyak 204 orang. Kemudian Kabupatan Karangasem dan Bangli masing-masing 122 orang. Disusul Kota Denpasar sebanyak 118 orang. Dan paling sedikit di Kabupaten Jembrana dengan 50 kasus.
Namun demikian, kasus DBD yang terjadi ini masih tergolong rendah dibandingkan kasus tahun 2023 pada periode Januari hingga Maret. Dimana, pada Januari – Maret 2023, kasus yang terjadi mencapai 2.933 kasus. Rinciannya, pada Januari 2023 terjadi sebanyak 965 kasus, Februari 963 kasus, dan Maret 1.005 kasus. Sedangkan, Januari 2024 terjadi 709 kasus, Februari 885 kasus, dan hingga 18 Maret terjadi sebanyak 537 kasus.
Dalam upaya antisipasi lonjakan kasus, Anom mengatakan Dinkes Provinsi Bali telah membuat surat edaran (SE) kepada kabupaten/kota untuk antisipasi langkah-langkah pencegahan DBD. Kabupaten/kota juga sudah siaga untuk DB. Bahkan, Puskesmas juga sudah turun untuk memberikan KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi) dan investigasi ke lapangan untuk memantau jentik apabila ada kasus DB di wilayahnya.
Selain itu, upaya memperkuat sistem surveilans Dengue (DBD) untuk mendeteksi peningkatan kasus DBD dan mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) telah dilakukan. Upaya lain juga dilakukan dengan melakukan pemetaan wilayah/desa-desa dengan angka kesakitan DBD yang tinggi dan segera melakukan intervensi upaya-upaya penanggulangan fokus dan Gerakan Serentak Pemberantasan Sarang Nyamuk (Gertak PSN) DBD di wilayah tersebut. Mengaktifkan kembali (revitalisasi) Pokjanal DBD.
“Melalui forum ini semua langkah komunikasi, koordinasi dan kolaborasi dapat dilakukan oleh segenap jajaran pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota, lintas sektor dan masyarakat guna mengantisipasi peningkatan kasus DBD di wilayah,” tandas Anom, Selasa (19/3).
Tidak hanya itu, lanjut Anom bahwa upaya pengendalian dengue dengan melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M-Plus melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J) secara berkesinambungan terus dilakukan. G1R1J tidak hanya dilaksanakan pada rumah tangga tetapi juga menyasar tempat-tempat umum, perkantoran, tempat ibadah dan sekolah/universitas.
Di samping meningkatkan/mengaktifkan kembali kegiatan Pemantauan Jentik Berkala (PJB) oleh Puskesmas untuk melakukan monitoring dan evaluasi program pengendalian vector DBD, dan memastikan kembali ketersediaan sarana dan prasarana kegiatan pengendalian dengue termasuk PSN 3M-Plus. (Ketut Winata/balipost)